Meruwat Sejarah, Merawat Rakyat

Edisi: 03/35 / Tanggal : 2006-03-19 / Halaman : 66 / Rubrik : IQR / Penulis : Atmowiloto, Arswendo , ,


CERITA silat tak pernah tamat. Karena hakikat cerita silat adalah meralat atau meruwat peristiwa yang disejarahkan oleh penguasa, sekaligus merawat suara batin rakyat jelata yang terabaikan.

Barangkali itu sebabnya cerita silat selalu terdiri dari belasan atau puluhan jilid dalam satu judul. Setiap cerita bersambungan dengan judul berikutnya, dengan tokohtokoh yang sama kembali muncul, di samping lahirnya tokohtokoh baru, dengan jurusjurus yang makin mahir, tapi tetap bukan yang terakhir.

Dari sisi sastra, cerita silat punya tempat yang menguntungkan. Istilah cersil, cerita silat, adalah istilah yang berhasil memposisikan diri dengan tata nilai dan tata krama yang membedakan, misalnya, dengan bentuk novel, atau puisi, atau naskah drama. Dengan keunikan dan keotentikan ini, cersil tampil dengan idiomidiomnya sendiri.

Boleh dikatakan, dari sisi lokasi waktu, cersil mengambil tempat masa lalu. Pada zaman kerajaan tertentu—sebagian terbesar mulai dari akhir Singasari, Kerajaan Majapahit, masa akhir kerajaan Islam Demak, dan merebak kembali ke zaman Mataram. Satu atau dua judul—biasanya terdiri dari jilid pendek—mengambil latar yang surut agak jauh ke masa Candi Borobudur didirikan. Dan dari masa yang sama, para pengarang cersil bisa menampilkan kisah berbeda, tokoh berbeda. Justru di sini letak keistimewaannya.

Cersil memakai latar belakang sejarah. Tapi sejarah di sini hanyalah latar belakang. Di dalamnya ada nama raja atau permaisuri atau angka tahun. Sejarah yang ada, yang dijadikan mata pelajaran di sekolah atau yang dituliskan, sama sekali tidak ditentang, tidak dilawan, melainkan hanya menjadi penanda—bukan menunjukkan makna kebesarannya.

Contoh klasik yang menjadi inspirasi besar cersil adalah karangan Chin Yung dengan serial yang dimulai dari Memanah Burung Rajawali. Ini kisah bangkitnya bangsa gurun yang tak mengenal budaya, Tartar dan Mongolia, yang akhirnya mampu menaklukkan daratan Cina. Bukan hanya itu, pasukan berkuda—penguasaan transportasi pada zamannya, yang tak terkalahkan—digambarkan mampu berkuda terusmenerus. Kalau kurang perbekalan, mereka minum darah kuda yang dikendarai.

Seluruh daratan Cina dalam cerita ini digebuk dalam serbuan keras. Hanya ada satu kota, Kota Siang, yang mampu bertahan. Titik inilah yang menjadi menu utama, sehingga Kwee Tjeng memberi nama anaknya Siang,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…