Pelajaran Dari Negeri Jauh

Edisi: 38/34 / Tanggal : 2005-11-20 / Halaman : 63 / Rubrik : SEL / Penulis : Wijaya, Putu , ,


DI Kairo, ibu negeri Mesir, perhelatan itu dilangsungkan: Cairo International Festival for Experimental Theatre, selanjutnya kita sebut CIFET. Telah 17 kali kegiatan ini digelar dengan peserta dari berbagai-bagai antero bumi. Untuk pertama kalinya kami dari Teater Mandiri "mengisi formulir", mencoba bersaing merebut kesempatan untuk tampil. Sebelumnya Teater Mandiri lebih banyak berlaku sebagai pemalas yang menunggu undangan.

Berbeda dengan rupa-rupa festival teater yang pernah kami ikuti, CIFET adalah sebuah kompetisi. Tak disebutkan apa hadiah untuk pemenang. Tetapi pesona negeri Pharaoh dengan piramid, sphinx, obelisk, mumi, tulisan hieroglip, Sungai Nil, serta tari perut sudah menjadi magnet yang menggairahkan (lihat, Aroma Indonesia di Jantung Mesir). Tanpa tahu bagaimana melaksanakannya nanti, kami mencoba merebut undangan resmi.

Kesempatan menjenguk negeri itu hampir saja hilang karena sempitnya waktu untuk mencari dana guna membeli tiket. Persiapan artistik tidak bisa maksimal karena belum jelas berapa orang yang dapat kami berangkatkan. Tetapi keadaan yang terjepit selalu membawa keberanian baru dan angin segar. Kami dibantu oleh berbagai kebetulan dan keberuntungan.

Festival sudah mulai ketika kami memastikan berangkat pada 24 September, membawa pertunjukan berjudul ZERO. Mendadak hubungan dengan panitia di Kairo tiba-tiba putus. Mungkin karena mereka menyangka kami tak jadi datang. Kami deg-degan, pontang-panting mengontak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo. Kami minta ada yang membantu memastikan bahwa kami sudah masuk ke jadwal festival supaya keberangkatan tidak sia-sia.

Ternyata semuanya sudah disiapkan. Bahkan sebelum berangkat sudah ketahuan kami akan ditempatkan di Hotel Umi Kalsum. Walau masih waswas karena berita itu tidak langsung datang dari panitia, kami meninggalkan Jakarta. Tak seorang pun di antara kami pernah ke Mesir dan paham bahasa Arab.

Tengah malam kami tiba di lapangan terbang internasional Kairo. Muncul rasa lega karena disambut oleh panitia serta beberapa orang staf dari KBRI. Kairo ternyata sebuah kota besar yang lumayan hijau. Sungai Nil membelah kota itu. Kami naik kelas ke hotel bintang lima, Pyramisa, dekat Sungai Nil, tak jauh dari tempat pertunjukan.

Begitu sampai di hotel, muncul persoalan. Salah satu lampu yang menjadi nyawa kami dalam pertunjukan lenyap. Ketika turun dari pesawat, salah seorang dari kami memang bertugas mencangkingnya. Tapi, begitu pindah ke bus, kami tak tahu lagi jejaknya. Sebuah smoke's gun juga tak kelihatan. Kebahagiaan akan melihat tari perut menyebabkan kami terlalu banyak bercanda, lupa bahwa kami bukan turis melainkan pekerja panggung.

Panitia berjanji akan mengurus esoknya, jadi kami putuskan segera masuk ke kamar hotel. Kairo empat jam lebih lambat dari Jakarta. Esok paginya Egy, pimpinan rombongan, menemui saya untuk menyewa taksi dan mencari sendiri barang itu di bandara.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…