Sofyan Abdul Djalil: "wartawan Jangan Ditahan Karena Tulisan"
Edisi: 37/33 / Tanggal : 2004-11-14 / Halaman : 50 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
Sofyan Abdul Djalil: "Wartawan Jangan Ditahan karena Tulisan"
MESKI berkacamata baca, wajahnya tetap tampak garang dengan kumis tebal melintang. Sofyan Djalil, pria kelahiran Aceh itu, sigap menyendok semangkuk kolak pisang sebagai pembuka puasa.
Persis di atas meja di depannya, terhidang ayam presto, udang sambal balado, sambal goreng ayam, rendang, juga serenceng anggur hijau. Menu komplet ini mengisi ruang makan kantor Menteri Negara Komunikasi dan Informasi (Kominfo) nan luas. Tentu saja ini menjadi menu mewah bila dibandingkan dengan ketika Sofyan Djalil masih menjadi pengelana di Jakarta pada 1976. Saban hari ia menumpang hidup di lingkungan Masjid Menteng Raya, Jakarta Pusat, tak jauh dari kantor sekretariat Pelajar Islam Indonesia (PII).
Setahun menganggur sebagai "James" alias penjaga mesjid, aktivis PII itu memperoleh pekerjaan di Kejaksaan Agung RI. Tugasnya tak jauh beda: membantu mengurus masjid di Pusat Pendidikan dan Latihan Kejaksaan Agung. Setahun kemudian, ia bertekad mengambil kuliah sore di Fakultas Hukum Universitas Indonesia untuk bidang studi hukum bisnis hingga berhasil memperoleh gelar kesarjanaan pada 1983.
Setamat kuliah, ia menjadi peneliti pada Center for Policy and Implementation Studies (CPIS), Departemen Keuangan. Ketika CPIS berencana menyekolahkan beberapa orang penelitinya ke luar negeri pada 1985, namanya ikut terpilih dari sekian banyak peminat. Sejak itulah, pengalaman hidup ke Amerika Serikat dijalaninya hingga gelar doktor diraihnya dari Tufts University, Massachusetts, pada 1993.
Latar belakang pendidikan dan aktivitas pria yang kini berusia 51 tahun ini memang tak berdekatan dengan dunia pers, tapi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempercayakan jabatan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, disingkat Kominfo, kepadanya. Pengalamannya nampang di layar kaca dan halaman media cetak hanyalah ketika menjadi Asisten Kepala Badan Pembinaan BUMN/Staf Ahli Menteri Negara BUMN dari 1998-2000. Kemudian waktunya banyak dihabiskan dengan mengabdi sebagai dosen di sejumlah universitas terkemuka di Indonesia, direktur perusahaan konsultan, komisaris, hingga menjadi sukarelawan tim kampanye nasional pasangan SBY-Kalla.
"Saya mendukung kebebasan pers," katanya, menjawab pertanyaan mengapa ia menerima jabatan yang ditawarkan Presiden. Meski kini menjadi birokrat, ayah tiga anak ini tetap memiliki pandangan yang menyejukkan tentang kebebasan pers dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…