Pada Sebutir Batu
Edisi: 01/35 / Tanggal : 2006-03-05 / Halaman : 134 / Rubrik : GH / Penulis : Suseno, Rahmarini, Dewi, Bintariadi, Bibin
BATU itu hanya sebesar ibu jari orang dewasa. Warnanya hitam, permukaannya mulus. Hampir tiada beda dengan batu kali. Tapi air muka Ryaas Rasyid, mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, amat serius. Ia menjepit sang batu di antara ibu jari dan telunjuknya, lalu mencemplungkannya ke dalam gelas berisi air putih.
âKeanehanâ terjadi setelah Ryaas membubuhkan garam dan mengaduknya hingga larut. Batu yang sudah berada di dasar itu perlahan naik, seolah-olah ada energi yang menariknya ke atas. âKatanya ini fosil tumbuhan yang mengalami proses alam dan menjadi batu. Dia akan mengapung kalau berada di air asin,â ucapnya, pertengahan bulan ini.
Ryaas tidak berbicara tentang otonomi daerah, tapi tentang pengetahuannya mengenai batu akikâbatuan alam, biasa digunakan untuk mata cincin. Hobi ini sudah dilakoni sejak ia menjadi asisten dosen di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), awal 1980-an. Dan kini matanya pintar memilah-milah batuan itu. Adalah seniornya, Sumarsaid Murtono, dosen di IIP, yang menularkan rasa cinta itu. âDia selalu mengenakan cincin. Tapi mata cincinnya tidak pernah sama setiap hari,â tuturnya mengenang. Dari situ ia memetik pelajaran: motif itu seperti sidik jari manusia. Satu batu berbeda dengan batu lainnya.
Kini, di rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, terdapat sebuah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…