Mayjen (purn.) Muchdi Purwopranjono: Saya Belum Ngamuk
Edisi: 52/34 / Tanggal : 2006-02-26 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis : Wijayanta, Hanibal W.Y., Zulkifli, Arif, Agustina, Widiarsi
MESKI sudah hampir setahun meninggalkan kursi Deputi V/Penggalangan Badan Intelijen Negara (BIN), Mayjen (Purn.) Muchdi Purwopranjono masih terkesan misterius. Badannya tegap, sorot matanya tajam. Pria 57 tahun ini bukan dikenal sebagai tokoh yang mudah bicara kepada juru tinta.
Ketika banyak orang mengaitngaitkan dirinya dengan Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda Indonesia yang didakwa terlibat dalam kasus kematian aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalib, ia tak banyak bereaksi. September 2004, Munir tewas dalam perjalanan dari Jakarta ke Belanda.
Dua bulan lalu, pengadilan memvonis Polly 14 tahun penjara. Tapi misteri kematian Munir masih belum tuntas. Banyak yang percaya Polly cuma pion dan Muchdi berada di belakang kematian sang aktivis. Dasarnya adalah kontak antara telepon milik Polly dan Muchdi. Di pengadilan, Suciwati, istri Munir, dengan lantang menyebut Muchdi sebagai pembunuh suaminya. âSaya masih ngalah,â kata Muchdi mengomentari tudingan miring kepada dirinya. Muchdi mengira, cercaan terhadapnya akan berakhir setelah vonis atas Polly dijatuhkan.
Namun, pascavonis Polly, nama Muchdi makin santer disebut. Ia bergerak: mengontak Mahendradatta, M. Luthfie Hakim, dan Wirawan Adnan dari Tim Pembela Muslim (TPM) untuk mendampinginya. âSaya dizalimi,â katanya.
Kamis pekan lalu, Muchdi menerima wartawan Tempo Hanibal W.Y. Wijayanta, Arif Zulkifli, Widiarsi Agustina, dan Philipus Parera di kantor pengacara M. Luthfie Hakim di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta.
Ia tampak tenang dan banyak mengumbar tawa dalam balutan jaket Aigner warna hitam. Dalam paruh pertama wawancara ia menggunakan kacamata hitam dengan alasan sedang sakit mata. Berbagai pertanyaan dijawabnya dengan rileks meski untuk beberapa yang âsulitâ ia meminta Tempo mengulangi pertanyaan. Sesekali ia âseriusâ: menggulung kwee tiauw goreng yang tersaji di depannya, tapi urung menyuapnya.
Anda menemui Ketua DPR Agung Laksono mengadu soal kasus Munir?
Saya mengadu karena selama ini dipojokkan dan dizalimi, seolaholah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kematian Munir. Termasuk di sini (ia menunjukkan kopi berita koran Indopos yang menyebut Muchdi pernah kontak telepon dengan MunirâRed.) Katanya, berita ini muncul dalam pembahasan DPR, padahal tidak ada. Tadi saya mendapat penjelasan dari anggota DPR Aulia Rachman bahwa itu tak dibicarakan dalam rapat DPR. Okelah, saya punya hak jawab sesuai UndangUndang Pers. Tapi ini kan sudah menyebar dan hak jawab saya pun mungkin tidak dibaca orang.
Anda terganggu?
Saya 35 tahun jadi tentara, jadi sudah tahan banting. Nyawa saya pun sudah nyawa saringan. Saya sudah biasa menghadapi selukbeluk begini. Fitnah sudah berkalikali. Tapi kasihan istri dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…