Ikhtiar Seni Di Halte Busway
Edisi: 50/34 / Tanggal : 2006-02-12 / Halaman : 72 / Rubrik : SN / Penulis : Suyono, Seno Joko , Fajar, Evieta ,
TIGA tahun berada di Indonesia, Michael Nuridsany, seorang kritikus seni majalah Figaro, Prancis, menyimpulkan: masyarakat Indonesia belum begitu akrab dengan seni kontemporer. "Bayangkan saja, pameran karya-karya Max Ernst (mendiang pelukis surealis Jerman) yang begitu bagus di Galeri Nasional, sepi penontonnya."
Ia berpendapat harus ada banyak kegiatan seni publik di sini. Perupa harus "mencebur" dan mempertontonkan karyanya di lokasi-lokasi keseharian masyarakat. Maka, ia tertarik ketika di Jakarta beroperasi Busway. Di Eropa, sudah jamak pameran-pameran digelar, misalnya, di stasiun bawah tanah.
Ia melihat, jalur Busway yang panjang di Jakarta bisa menjadi tempat yang potensial untuk memasarkan seni rupa kontemporer. Ia mengajak sejumlah seniman muda video digital Prancis dan Indonesia melakukan pameran bertajuk Fraicheur de vivre (Kesegaran hidup) di halte-halte koridor I dari Terminal Blok M sampai Kota.
Pemikiran bahwa pameran seni harus dibebaskan dari galeri atau museum bukan sesuatu yang asing di sini. Sudah banyak individu atau kelompok melakukannya. Terakhir, beberapa bulan lalu, para seniman di Yogyakarta, atas inisiatif Komunitas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.