Hidayat Nur Wahid: "urusan Pribadi Tidak Layak Dibiayai Negara"
Edisi: 34/33 / Tanggal : 2004-10-24 / Halaman : 48 / Rubrik : WAW / Penulis : Fibri, Rommy
DUA pekan terakhir adalah hari-hari yang bersejarah bagi Hidayat Nur Wahid. Lewat proses dramatis, ia memenangi pemilihan pimpinan MPR 2004-2009. Hidayat mengalahkan pesaingnya, Sekjen PDI Perjuangan Sutjipto, dengan selisih dua suara.
Lalu, tibalah hari-hari sarat drama. Ia menolak dua tradisi politik kita: jabatan rangkap pimpinan partai-pucuk legislatif, dan fasilitas khusus pimpinan MPR. Ia menampik jatah mobil dinas Volvo dan penginapan di kamar hotel kelas royal suite room. "Kami justru ingin agar ada penghematan anggaran. Apalagi negara sedang mengalami kesulitan seperti ini," ujarnya.
Sehari-hari, Hidayat menumpang mobil Mitsubishi Lancer warna perak keluaran tahun 2000. Jumat petang lalu, Rommy Fibri dari Tempo mewawancarai dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Universitas Asy-Syafi'iyah, dan Universitas Muhammadiyah, Jakarta, itu. Wawancara berlangsung di mobilnya yang meluncur pulang dari Gedung MPR/DPR Senayan ke rumahnya di bilangan Jatimakmur, Pondok Gede, Bekasi. Berikut petikannya.
Kenapa Anda menolak mobil dinas Volvo?
Awalnya, berkembang isu dan fitnah bahwa MPR memperpanjang sidang yang bertele-tele hanya untuk menambah fasilitas menginap di hotel, meraup uang saku, dan menghabiskan anggaran negara. Dengan sinis mereka katakan bahwa ujung semua ini hanya rebutan Volvo.
Nah, saya jawab secara konkret dengan menolak Volvo dan kamar hotel mewah. Tujuannya, agar MPR dapat meraih kepercayaan dari rakyat. Kita harus punya komitmen untuk berpihak pada rakyat. Kalau MPR sudah coreng-moreng mukanya dan tidak dipercaya publik, bagaimana kita bisa melakukan pengawasan politik secara efektif?
Pemerintah sudah mengatakan tidak akan membeli mobil baru untuk pejabat negara. Bagaimana jika mobil Volvo lama yang akan diberikan kepada pimpinan MPR?
Saya tetap akan menolak. Masalahnya bukan lama atau baru, melainkan simbolisasi dan persepsi masyarakat tentang Volvo. Saya juga tidak pernah mengatakan kepada pemerintah jangan yang bekas atau harus beli yang baru. Jangan beri kami sesuatu yang justru akan membebani kami dalam bekerja.
Lantas, mobil Volvo yang lama akan ditaruh di mana?
Ada cara yang lebih elegan, tarik saja mobil Volvo itu, kemudian dilelang secara transparan kepada publik. Hasilnya dibelikan mobil yang lebih murah. Terserah mau Kijang atau merek apa saja, yang penting kami tidak menginginkan kemewahan merek Volvo merajalela. Juga kami tidak ingin membebani anggaran negara.
Tapi, bukankah memakai mobil lama sama saja dengan menghemat keuangan negara?
Ini…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…