Menunggu Kepunahan Di Siberut
Edisi: 33/33 / Tanggal : 2004-10-17 / Halaman : 54 / Rubrik : LIN / Penulis : Febrian, Raju , Febrianti ,
Taman Nasional Siberut terancam rusak gara-gara penebangan hutan. Padahal inilah salah satu "museum hidup" spesies langka.
"KAIPA nuei? Mugejek ka Siberut?" Sapaan dalam bahasa Siberut itu terdengar ramah dan tulus. Inilah sapaan sambutan warga suku Sakaliau, Siberut Selatan, Kabu-paten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, kepada Tempo. Dalam bahasa Indonesia, sapaan itu kira-kira berbunyi "Anda mau ke mana? Mau jalan-jalan di Siberut?". Sebuah tegur sapa yang menyejukkan setelah penat menempuh tujuh jam perjalanan berperahu motor dari Muara Padang, ibu kota Sumatera Barat, menembus ombak Samudra Hindia. Itu pun perjalanan belum tuntas karena masih harus disambung dengan perahu tempel menyusuri Sungai Sarereket selama tiga jam.
Aman Baroigok, 30 tahun, pria yang menyambut ramah itu, adalah anak rimata, sebutan untuk jabatan kepala suku Sakaliau. Dia lalu mengantar Tempo menyusuri jalan setapak penuh lumpur sejauh 500 meter sebelum tiba di Sakaliau. Sepanjang jalan, dia bercerita tentang desa dan sukunya. Tak lama kemudian, kami sudah sampai di "pusat" desa yang terdiri dari sekumpulan sapau…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…