Para Lelaki Yang Melahirkan Kamus

Edisi: 33/33 / Tanggal : 2004-10-17 / Halaman : 71 / Rubrik : IQR / Penulis : Firmansyah, Arif , Madjowa, Verriyanto , Junaedi, Mahbub


Mereka bekerja diam-diam. Mencatat, tanpa suara. Di belakangnya, bahasa yang terancam hapus dari muka bumi. Di hadapannya, keterbatasan modal dan sempitnya publikasi yang sekonyong-konyong bisa memadamkan semangat. Nun jauh di pulau-pulau terpencil, para penulis kamus itu mengais-ngais kata. Majalah ini mencoba merekam sebagian kecil kepahlawanan mereka. Tentu banyak yang tak tercatat. Tapi itulah dunia penting, teramat penting, yang jarang dikunjungi.

Talugai no tundulu Talu gouha nonggolu Talogia nonggohulu
Doao ado Allah ado Rasul
Mootoduwo notindaho nuru
(sanjak kematian dalam bahasa Suwawa)

IA datang untuk mendengar dialog orang-orang tua. Kata-kata itu, kata-kata dalam bahasa Suwawa, menggunakan banyak afiks dan tak memiliki vokal "e".

Ia, Mansoer Pateda, 64 tahun, seorang profesor linguistik, seorang yang tekun. Tiap-tiap hari ia menjalani ritual yang tak berubah. Pukul sepuluh malam, ia mengatur rencana esok hari: dari mengajar di kampus hingga bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya sudah membuat janji. Di luar itu, ia menghabiskan sisa waktunya menulis di rumahnya yang bercat putih dan dikelilingi tanaman bunga.

Hasilnya istimewa. Sebuah rutinitas yang melahirkan 30 buku mengenai tata bahasa, kaidah bahasa Gorontalo, dan kamus. Menarik sekali, dosen IKIP Gorontalo ini melakukan hal yang seakan-akan tidak berujung. Mansoer menyusun tiga kamus: kamus Gorontalo-Indonesia, Suwawa-Indonesia, dan Atinggola-Indonesia.

Bulan Agustus 1978, Mansoer dan istrinya, Yennie, mulai menggali bahasa Suwawa. Perlahan, kata demi kata. Membawa bolpoin dan kertas, ia berbelanja, menangkap kata-kata di pasar Suwawa. Ia rajin datang ke perjamuan adat dan mengunjungi acara pelantikan camat. Mansoer, sering bersama Yennie, mencatat dan memburu makna kata-kata Suwawa. Ia mewawancarai tokoh Suwawa dan mengundang para mahasiswa asal Suwawa tinggal di rumahnya. Makan gratis, tidur gratis. Tapi, dari mereka, ia mengamati dan memahami bagaimana dialog keseharian dilakukan dalam bahasa itu.

Tujuh tahun berselang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Kamus Bahasa Suwawa-Indonesia. Tapi itu bukan titik akhir. Hingga sekarang ia tetap mencatat kata-kata Suwawa,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…