Dari Kertas Ajakan Berkencan
Edisi: 33/34 / Tanggal : 2005-10-16 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Patria, Nezar , Meuko, Nurlis E. , Agustina, Widiarsi
Setelah beberapa bom besar di Bali dan Jakarta dalam tiga tahun terakhir, ledakan Jimbaran membuktikan betapa rapi dan tekunnya para teroris bekerja. Mereka bergerak seperti hantu: menyerang, lalu lumat bersama ledakan.
SESEKALI menyorotkan lampu senter ke arah laut, Ketut Noren, 45 tahun, berjaga-jaga di Pantai Muaya, Jimbaran, Bali. Dia duduk di depan warung yang isinya terberai di atas pasir. Malam itu, pantai begitu gelap dan senyap. Di langit, bulan hanya menyembul seujung kuku.
Di hadapan Noren, meja-kursi masih jungkir-balik. Berkeping-keping pecahan piring, gelas, asbak, potongan kaca mata, tampak terbenam di pasir. Inilah Menegas Cafe, satu dari tiga kedai yang rontok dihajar bom laknat di Jimbaran dan Kuta, Sabtu dua pekan lalu. Polisi menyatakan 22 tewas dan lebih dari seratus orang terluka. Tiga di antara 22 jenazah yang terserak itu dinyatakan sebagai pelaku bom bunuh diri.
Di Menegas, 12 orang tewas seketika. Mereka bagian dari puluhan tamu warung yang pada malam nahas itu hanya sempat sebentar menikmati aneka hidangan laut. Polisi menemukan satu potongan kepala, diduga milik pelaku bom bunuh diri, terlempar beberapa meter dari Menegas. Di titik ledakan, bom yang meletup pada pukul 19.40 waktu setempat hanya menyisakan kubangan pasir sedalam setengah meter. Bau anyir darah masih menyengat hingga lima hari setelah kejadian.
Meski semua garis pembatas polisi sudah dibuka, belum tampak denyut kehidupan dari warung-warung sekitar. Semua warung masih tutup. Kami baru buka lagi setelah acara Mecaru (mengusir roh) bulan depan, ujar Noren, yang sudah sepuluh tahun menjadi penjaga malam di Kedai Menegas. Meski warung itu remuk, Noren masih berjaga malam di sana.
Satu kedai lainnya, berselang enam pintu dari Menegas, adalah Nyomans Café. Empat orang tewas di sini dalam ledakan susulan, hanya berselang dua menit dari Menegas. Diduga pelaku termasuk salah satu dari korban tewas. Sama seperti di Menegas, mereka sulit diidentifikasi, yang tersisa hanya kepala dengan badan yang lumat.
Kepala pertama ditemukan di depan Menegas, jatuh sekitar lima meter di selatan titik ledak. Petugas juga menemukan potongan mayat sampai sekitar seratus meter dari titik ledak. Adapun kepala kedua ditemukan juga sekitar seratus meter di selatan titik ledak kedua, di depan Nyomans Cafe.
Agak jauh dari Jimbaran, sekitar sepuluh kilometer, meledak juga restoran dan bar R.Ajas, di Kuta Square, Kuta. Ledakan terjadi tiga menit setelah Nyomans Cafe luluh-lantak. Di jantung tempat belanja di Kuta itu, enam orang tamat seketika, termasuk sepotong kepala yang utuh. Jumlah itu bertambah setelah kasir R.Ajas, Endrik Kartika, 20 tahun, akhirnya tewas setelah enam hari terbaring kritis di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, Jumat pekan lalu.
Setelah ledakan itu, Bali galau. Di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera mengumpulkan para menteri dan menggelar koordinasi kilat di Istana Kepresidenan di Jakarta. Kurang dari tiga jam, Menteri Koordinator Politik…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…