Ciuman Terakhir Wayan Sudika
Edisi: 33/34 / Tanggal : 2005-10-16 / Halaman : 36 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Budi, Johan S.P., Sunudyantoro,
ANEH. Pagi itu, sebelum berangkat kerja, tak seperti biasanya, I Wayan Sudika mencium Ni Wayan Candika Wulansari Putri, anaknya. Berkali-kali. Pria 28 tahun itu seperti tidak mau lepas dari putri semata wayangnya itu. Ni Wayan Sudeni, istrinya, juga merasakan sesuatu yang lain. Sabtu pagi dua pekan lalu itu, dia melihat sang suami seolah berat melangkahkan kaki menuju Kafe R.Ajas di Kuta, Bali, tempat kerjanya.
Namun, Ni Wayan Sudeni tak terlalu memikirkannya. Mungkin rasa rindu Sudika kepada anaknya teramat dalam, pikir Sudeni. Maklum, tak setiap hari pelayan R.Ajas itu pulang ke rumahnya di Gianyar. Biasanya Sudika menginap di tempat kosnya di Kuta, sekitar 65 kilometer dari rumahnya.
Sore hari, Sudeni sempat menelepon Sudika. Saya minta padanya agar tidur di kos, tak usah pulang ke Gianyar, kata Ni Wayan Sudeni. Biar tidak capek, karena besok dia kerja pagi. Hingga percakapan berakhir sore itu, Sudeni tidak punya firasat apa-apa.
Pada sekitar 20.30 Wita, telepon rumah Sudeni berdering. Ia hampir tak percaya ketika kerabatnya di Kuta mengabarkan: Sudika tewas karena aksi bom di tempat kerjanya. Percakapan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…