Kopi Terakhir Di Kebagusan
Edisi: 30/33 / Tanggal : 2004-09-26 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Wijayanta, Hanibal W.Y. , Agustina, Widiarsi , Aryanto, Y. Tomi
Susilo Bambang Yudhoyono unggul dalam pemilu presiden putaran II. Di Kebagusan, Taufiq Kiemas meneguk kopi terakhirnya.
KEBAGUSAN, Jakarta Selatan, 20 September 2004, 14.30 WIB. Dua telepon genggam Nokia Communicator Taufiq Kiemas nyaris tak pernah berhenti berteriak. Yang satu masih online, yang lain sudah berdering-dering. "Bagaimana perkembangannya? Kita kalah? Belum, kan? Tolong pantau terus. Maafkan kakakmu ini kalau terlalu cerewet," ujar suami kandidat presiden Megawati Soekarnoputri melalui kabel handsfree yang menempel di telinga. Panas siang melanda Jakarta. Taufiq gerah. Ia sibuk memantau penghitungan suara.
Televisi 21 inci yang mengabarkan hasil pantauan coblosan tak lagi menjadi perhatian pria berbadan lebar itu. Para tamu dari Koalisi Kebangsaan--aliansi partai yang menyokong Megawati--sudah lama pulang. Juru tinta pun sudah berlalu satu-satu.
Yang tertinggal hanya Wakil Sekjen PDIP Pramono Anung, bekas Direktur TV7 August Parengkuan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi dan suaminya, Didi Soewandi, serta Kwik Kian Gie dan Menteri BUMN Laksamana Sukardi. Ada pula Guruh Sukarno Putra dan Sukmawati Soekarnoputri. Semua sibuk dengan telepon genggamnya masing-masing.
Mega tak ada. Hari itu ia mengaku sedang tidak sehat. Sambil menyeka hidungnya dengan tisu, ia sebentar menyapa Tempo. "Saya agak meriang. Ntar kamu malah ketularan, lho," katanya. Lalu Mega masuk ke dalam.
Tak lama kemudian Guruh dan Sukma beranjak keluar.
"Mas Taufiq, pulang dulu," kata Sukma. Yang disapa mengiyakan.
"Ruh, kamu mau ke mana? Di sini ajalah."
"Pulang dulu, Mas. Ada yang harus dikerjakan."
Taufiq hanya bisa mengangguk. Dering telepon kembali berbunyi.
Hasil penghitungan suara memang membuat Taufiq risau. Hanya delapan jam setelah tempat-tempat pemungutan suara (TPS) resmi dibuka untuk umum, hasil penghitungan cepat (quick count) Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) sudah memberi kabar yang menampar kubu Megawati. Ia kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono dengan perbandingan 38,8 persen berbanding 61,2 persen. Hasil serupa diperoleh dari survei astaga.com, Polling Center, Indonesia Media Technologies (IMT), dan Forum ITB 73…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…