Budak Nias Tanpa Kepala
Edisi: 45/34 / Tanggal : 2006-01-08 / Halaman : 51 / Rubrik : SEL / Penulis : Meuko, Nurlis E. , ,
KISAH tentang para pemburu kepala manusia dituturkan selama berabad di Nias. Pulau nan permai berpagar hutan nyiur itu--Nias masuk wilayah Sumatera Utara--menyimpan sejumlah jejak menarik dari masa silam. Kampung-kampung megalitik penuh batu berukir. Tradisi hombo batu (lompat batu) yang wajib dilakoni setiap pria yang akan berumah tangga atau hendak berangkat ke medan perang. Juga, perburuan kepala manusiatradisi yang ternyata belum pupus oleh masa.
Wartawan Tempo Nurlis E. Meuko menelusuri Nias hingga jauh ke pedalaman pada Desember lalu dan merekam sisa-sisa tradisi tersebut.
Berikut ini laporannya.
BERTELANJANG dada. Tangan kanan mencengkeram sebilah tombak bermata tiga. Tangan kiri menarik seutas tali yang melingkari leher seekor babi putih. Pedang panjang menggelantung di pinggang. Geraham bergerak-gerak mengunyah sirih. Sesekali, cairan merah itu disembur-semburkan ke tepi jalan, menyisakan warna merah darah di bibir. Inilah sosok pria yang jamak terlihat di pedalaman Nias.
Di mana-mana pria. Di jalanan. Di pasar. Di tempat-tempat umum tentu ada terlihat kaum wanitaumumnya ibu-ibu yang telah beranak; atau anak-anak perempuan yang tengah menggendong babi atau membantu ibunya menjemur padi di rumah. Jarang sekali terlihat anak dara melintas. Selama berjam-jam menyusuri jalanan, Tempo berhasil melihat wajah seorang gadis balik jendela kayu di sebuah rumah di Kecamatan Gido, yang masuk wilayah Kabupaten Nias.
Kepala yang nongol di jendela itu jelas perempuan. Rambutnya hitam, panjang. Matanya sipit. Hidungnya mungil lancip. Kulitnya kuning langsat, mirip perempuan dari Cina Selatan. Konon, penduduk Nias berasal dari sana.
Paras mereka serasi dengan alam Nias nan elok. Terletak di atas bentangan Samudera Hindia, Nias memiliki pantai berpasir putih sepanjang 450 kilometer. Pohon kelapa menjadi tumbuhan utama di pulau seluas 5.625 kilometer persegi ini.
Lama ditunggu, anak dara di balik jendela kayu itu tak kunjung keluar dari rumahnya. Ya, sudahlah. Tempo kemudian mengajak bicara salah seorang pria pembawa tombak. Tapi pria yang wajahnya khas taipan ini tak mengacuhkan. Mahal senyum, muka ditekuk, mata amat awas penuh selidik. Tentu ada kiat agar pria Nias bersuara. Sapalah, âyaâahowu.â Spontan mereka akan membalas dengan ucapan serupa. Ini semacam salam yang mirip assalamu alaikum.
Setelah itu, barulah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…