Munir, Pejuang Tanpa Kompromi
Edisi: 29/33 / Tanggal : 2004-09-19 / Halaman : 148 / Rubrik : OBI / Penulis : , ,
Bagi Munir, hak asasi manusia adalah sense. Ia mengajak kita berani menghadapi ketakutan dan teror.
ADA dua cara bagi kita untuk bisa mencintai kemanusiaan dan kebebasan. Cara pertama adalah memilih jalan intelektual dan akademis, tempat kecintaan akan kemanusiaan dihayati setelah orang membaca dan mengenal kanon-kanon besar yang diajarkan para guru agung semacam Socrates, Kant, Marx, atau Rawls. Kanon-kanon agung itu kemudian menjadi semacam fondasi ide yang dipakai orang dalam menghadapi dan merefleksikan realitas. Cara yang kedua adalah secara langsung bereaksi, menantang, dan menghadapi berbagai realitas kekejaman, penindasan, serta kekerasan sehari-hari. Manusia Munir mencintai dan menempuh jalan kemanusiaan dan kebebasan melalui cara yang kedua.
Ia tidak mengenal para filsuf dan penganjur kemanusiaan besar dari masa lalu untuk bisa memahami dan menilai keterbelakangan peradaban akibat politik yang despotik. Ia tidak mulai dari sana; ia mulai justru dari ketekunan melayani dan membantu golongan miskin kelas pekerja industri di Surabaya. Ia mengenal realitas kemanusiaan pertama-tama bukan dari ruang kelas dan buku-buku besar, melainkan dari gang-gang kecil, rumah petak, dan kamar kos di seputar wilayah industri di daerah itu. Dari situlah Munir belajar-mengajar kemanusiaan dan dikenang oleh kawan-kawan aktivis buruh lainnya.
Latar belakang semacam itulah yang tampaknya kemudian menjadikan hak asasi manusia dalam perjuangan Munir dan bukan hak asasi manusia yang abstrak, diplomatis, dan formal. Di dalam diri Munir, hak asasi manusia menjadi konkret. Ia yang menjadikan hak asasi manusia pertama-tama bukan lagi urusan pasal dan norma, melainkan lebih pada urusan bagaimana memenuhi harapan orang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…