Masih Ada Untung Di Asean

Edisi: 29/33 / Tanggal : 2004-09-19 / Halaman : 174 / Rubrik : EB / Penulis : Hadiwinata, Thomas , Usman, M. Syakur ,

Perdagangan bebas ASEAN tak terbukti merugikan Indonesia. Ada banjir produk Cina.

TAHUN ini kawasan bebas Asia Tenggara memasuki usia ketiga. Setumpuk agenda masih perlu dibereskan oleh para anggota Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk sampai ke rezim perdagangan bebas yang diidamkan. Sebab, "Integrasi ASEAN di bidang ekonomi masih jauh dari harapan," kata Pos Hutabarat, Direktur Jenderal Kerja Sama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Dalam bahasa sederhana, perdagangan bebas berarti memangkas serendah-rendahnya tarif bea masuk--bahkan hingga nol persen--bagi barang impor. Dengan ikut pakta perdagangan bebas ASEAN (AFTA/ASEAN Free Trade Area), Indonesia tak bisa seenaknya lagi mengenakan tarif pada barang impor yang berasal dari sesama negara ASEAN.

Sebagai gagasan, perdagangan bebas muncul satu paket dengan pujian dan kecaman. Kelompok pendukung kerap melihat perdagangan bebas sebagai jalan bebas hambatan untuk ketersediaan barang dan jasa dalam harga seefisien mungkin. Di kutub lain ada kelompok yang melihat rezim perdagangan bebas sebagai racun yang mematikan untuk komunitas lokal.

Sebagai realitas, derap perdagangan bebas sulit dicegah, setidaknya untuk kawasan Asia Tenggara. Dua pekan lalu, berlangsung pertemuan tingkat menteri dari keenam negara ASEAN, ditambah dengan negara-negara mitra dagang, di Jakarta. Dalam pertemuan tiga hari itu, para delegasi bersepakat mempercepat penyatuan pasar Asia Tenggara.

Pada tahap awal, bea masuk 11 sektor akan dipangkas, di antaranya otomotif, elektronik, tekstil, pakaian jadi, produk karet, produk kayu, produk kesehatan, turisme, penerbangan intra-ASEAN,…

Keywords: -

---

Foto Terkait