MENANTI DI GERBANG KOTARAJA

Edisi: 44/34 / Tanggal : 2006-01-01 / Halaman : 90 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : , ,

MASJID Baiturrahim di Ulee Lheue, kawasan pelabuhan Banda Aceh, hampir rampung dipugar dan dihias. Lantai yang retak sudah diganti, dinding kotor sudah dicat ulang. Di sisi utara masjid berdiri megah dua pendapa kayu. Tanahnya ditutup batu cetak yang tertata rapi dan kukuh.

Masjid tua itu menjadi simbol daya tahan Aceh yang liat. Dari udara pada hari-hari pertama tsunami, dia tampak berdiri kukuh sendirian di tengah padang pembantaian, dengan maut dan kerusakan total, menyusul amukan gelombang laut yang murka.

Masjid itu akan menjadi pusat peringatan satu tahun tsunami pekan ini, yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan 25 ribu undangan lain. Mereka akan berdoa dan berziarah ke kuburan massal beberapa ratus meter dari masjid.

âMasjid ini kembali cantik,â kata Abdul Muntalib, 38 tahun. Abdul tinggal sepuluh meter di belakang dinding masjid. Rumahnya mirip kandang hewan, dibuatnya sendiri dari kayu sampah tsunami, di atas tanah miliknya yang rata tersapu ombak. Ada ironi dalam kata-kata Abdul sementara dia menyaksikan pemugaran masjid. Para tukang sibuk siang dan malam mempersiapkan upacara yang akan berlangsung beberapa menit saja, sementara puluhan ribu orang seperti dirinya harus bersabar setahun penuh atau lebih tinggal di gubuk, tenda, dan barak-barak darurat.

Abdul harus ekstra-sabar. Setidaknya 142 kepala keluarga di Desa Ulee Lheue yang selamat akan menerima pembagian rumah…

Keywords: -

Rp. 15.000