Anwar Ibrahim: "saya Tak Ada Niat Bertemu Mahathir"

Edisi: 28/33 / Tanggal : 2004-09-12 / Halaman : 36 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


KETUKAN palu itu tiba-tiba saja melontarkan Anwar Ibrahim ke suatu masa silam: rumah yang nyaman penuh buku di Bukit Damansara; istrinya, Wan Azizah Ismail, beserta keenam anak mereka; para sahabat lama dan handai taulan; kepenuhan hak seorang warga Malaysia terhormat. Dan tentu saja, kepada kebebasan yang tak lagi dicecapnya sejak masuk bui pada 1998.

Di dalam ruang sidang Mahkamah Persekutuan di Putrajaya, Kuala Lumpur, Kamis pekan silam, kebebasan itu dipulihkan kepada Anwar, mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia, melalui sidang pengadilan sepanjang 165 menit. Ketua Majelis Hakim Datuk Hamid Muhammad memberinya vonis bebas terhadap dakwaan kasus sodomi. Selepas sidang, Anwar bersowan kepada Pak Tua--begitu ia menyebut ayahnya--di Kajang, Selangor, dan bersimpuh di makam ibunya sebelum kembali ke rumahnya di Jalan Setia Murni I No. 8, Bukit Damansara, kawasan elite yang asri di jantung Kuala Lumpur.

Enam tahun Anwar menghabiskan waktu di Penjara Sungai Buloh untuk tuduhan korupsi. Kurungan badan itu mematrikan bekas yang bisa disaksikan dengan mata telanjang. Koresponden TEMPO di Malaysia, T.H. Salengke, yang hadir di rumah Anwar pada Kamis lalu, melukiskan begini: "Anwar kelihatan amat kurus. Lehernya dibalut plastik, perutnya dililiti kain khusus guna menjaga keseimbangan leher dan tulang punggung yang cedera. Dia didorong di atas kursi roda. Namun, Anwar terus-menerus mengulas senyum kepada tamu yang menyesaki rumahnya."

"Saya amat bersyukur karena telah bebas," ujarnya kepada TEMPO via saluran telepon internasional. Dia segera menambahkan: "Tuduhan sodomi kepada saya tidak terbukti. " Ribuan manusia memadati lingkungan rumahnya saat Anwar kembali. Mereka menyalaminya, sekadar menatapnya dari jauh, serta menyimak "ceritera dari penjara" yang dia ucapkan dengan penuh emosi selama 15 menit. Ali Rachman, 50 tahun, seorang warga kota yang ikut datang untuk menyambut Anwar, menatap TEMPO dengan perasaan meluap-luap, lalu berkata: "Saya amat gembira wira negara (warga negara) seperti dia telah bebas."

Dunia bebas yang kini dijejaki Anwar Ibrahim adalah, mengutip The Economist, "menandai fase baru pergolakan politik Malaysia". Boleh jadi benar. Tapi mungkin juga pergolakan itu telah mereda bersama berlalunya periode yang menghembalangkan Anwar Ibrahim dari panggung politik: perseteruan dengan bekas atasannya, mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…