Cerita Retak Keramik Lokal

Edisi: 27/33 / Tanggal : 2004-09-05 / Halaman : 130 / Rubrik : EB / Penulis : Usman, M. Syakur , ,

Keramik Cina menggerus pangsa pasar lokal. Gebuk dulu, aturan belakangan.

SEJAK Mei lalu Indra Kangean hilir-mudik ke Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia. Hampir setiap pekan, Kepala Hubungan Luar Negeri Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia ini harus melengkapi data kerugian serius industri keramik. Agendanya hanya satu: penerapan bea masuk tambahan secepatnya lewat instrumen safeguard.

Soalnya, industri keramik, terutama jenis tableware atau alat rumah tangga, menderita kerugian serius. Tiga pabrik dengan rata-rata 1.500 pekerja telah gulung tikar. Bea masuk 5 persen yang diterapkan selama ini dinilai jauh dari memadai. Karena itu, selain meminta kenaikan bea masuk menjadi 20-30 persen, dunia usaha juga meminta perlindungan pemerintah lewat instrumen safeguard. "Kami ingin keramik menjadi produk safeguard pertama di Indonesia," kata Indra kepada TEMPO, Kamis pekan lalu.

Dalam percaturan perdagangan dunia, Indonesia termasuk maju dengan menerapkan bea masuk hanya 5 persen tiga tahun lalu. Padahal, kerja sama perdagangan ASEAN dengan Cina menyepakati keramik masuk kategori sensitive track. Artinya, bea masuk keramik 5 persen itu baru benar-benar terjadi pada 2012. Sebelum itu, sesuai dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), setiap negara masih berhak mengenakan bea masuk maksimum 40 persen.

Sejak pemerintah membuka pasar, keramik impor membanjiri pasar lokal. Dari tiga jenis produk pecah-belah, yakni lantai-dinding, tableware, dan sanitasi, semuanya terkena pukulan itu. Volume impor jenis dinding…

Keywords: -

---

Foto Terkait