Ketika Kungfu Lippo Kena Batunya
Edisi: 52/31 / Tanggal : 2003-03-02 / Halaman : 110 / Rubrik : EB / Penulis : Dewanto, Nugroho , Siahaan, Febriana, Setiawan, Iwan
RUANG besar itu tiba-tiba hening. Hadirin seperti terhipnotis. Di meja pembicara, Lin Che Wei didampingi beberapa ekonom menahan haru. Matanya berkaca-kaca. Dengan kalimat putus-putus, analis pasar modal itu memberi penjelasan mengenai skandal Bank Lippo. Ia merasa masygul dengan tuntutan pencemaran nama baik oleh seorang Komisaris Bank Lippo.
Tuntutan itu, kata Che Wei, tak lebih dari teror untuk membuatnya jera mengulik kejanggalan di Bank Lippo. Tapi gertakan itu tak akan mempan. "Jika saya berhenti," katanya, "berarti saya mengkhianati bukan saja profesi saya, tapi juga bangsa ini."
Selama dua pekan terakhir, Che Wei menjadi orang terdepan yang menyerang keganjilan-keganjilan di Bank Lippo. Ia membongkar berbagai praktek bengkok di bank yang mendapat suntikan modal Rp 6 triliun dari pemerintah tersebut. Ia menelisik kejanggalan laporan keuangan ganda sampai indikasi manipulasi harga saham. Semuanya berujung pada dugaan: pemilik lama Bank Lippo, keluarga Mochtar Riady, ingin menguasai kembali banknya dengan harga murah.
Bagaimana persisnya upaya yang dilakukan keluarga Riady mencaplok Bank Lippo? Panjang ceritanya. Ini bermula dari laporan keuangan kuartal ketiga 2002 yang dipublikasikan akhir November lalu. Saat itu Bank Lippo menyatakan total asetnya mencapai Rp 24 triliun, dengan keuntungan bersih Rp 99 miliar.
Tapi hanya sebulan kemudian, dalam laporan ke Bursa Efek Jakarta, aset Lippo merosot menjadi Rp 22,8 triliun. Keuntungan? Hilang lenyap, malah berganti dengan kerugian yang jumlahnya mencapai Rp 1,3 triliun. Menurut pengelola Bank Lippo, penurunan itu terkait dengan anjloknya nilai agunan yang sudah diambil alih (biasa disebut sebagai AYDA), dari semula Rp 2,4 triliun menjadi Rp 1 triliun.
Untuk menutup jebloknya nilai agunan itu, Bank Lippo menyisihkan dana yang diambil dari pos modal. Tentu saja langkah ini membuat rasio kecukupan modal (CAR) Bank Lippo melorot dari semula 24,8 persen menjadi 4,2 persen.
Anjloknya nilai agunan yang begitu dahsyat sungguh mencurigakan. Padahal sebagian…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…