Tionghoa Dan Diaspora Politik Ri

Edisi: 25/33 / Tanggal : 2004-08-22 / Halaman : 42 / Rubrik : KL / Penulis : WIBISONO, CRISHTIA


CRISHTIANTO WIBISONO *)
*) Kolumnis, bermukim di Amerika Serikat

SAYA baru saja membaca buku Tengara Orde Baru yang mengisahkan biografi Harry Tjan Silalahi alias Tjan Tjun Hok, politisi Tionghoa yang pernah dijuluki arsitek atau tengara Orde Baru. Saya ingin mengawali esai ini dengan penegasan bahwa dinamika kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia jelas tidak bisa terlepas dari dinamika sosiologi politik Indonesia keseluruhan.

Masyarakat keturunan Tionghoa tidak bisa memisahkan diri dari sindrom sosial-politik yang berlaku dan bahkan selalu ikut larut dalam perubahan zaman sesuai dengan dominasi sistem politik yang relevan. Dalam bahasa sinis, orang menyebut masyarakat Tionghoa cenderung ikut angin atau ikut golongan yang berkuasa. Saya ingin bertanya dan menegaskan, bukankah sikap ikut angin itu juga merupakan sikap the silent majority bangsa Indonesia yang disebut pribumi? Apalagi, dalam sistem politik Dunia Ketiga yang otoritarian dengan risiko gawat bagi oposisi atau siapa saja yang dianggap tidak mendukung rezim yang bercokol. Jadi, yang pertama ingin saya tegaskan ulang ialah bahwa sikap politik dan pola politik masyarakat keturunan Tionghoa ditentukan dan beradaptasi dengan milieu masyarakat pribumi yang mayoritas.

Karena sejarah politik kita sering disederhanakan dengan masa kepresidenan Sukarno dan Soeharto, umumnya orang hanya membandingkan dua kurun waktu itu secara simpel. Padahal era Sukarno tidak sepenuhnya linear, karena selama 15 tahun pertama antara 1950 dan 1960 Indonesia sedang menguji coba sistem demokrasi liberal dan multipartai. Karena itu, kabinet jatuh-bangun dan golongan Tionghoa juga tidak tersedot hanya dalam satu wadah politik. Secara individu, politisi keturunan Tionghoa sudah bergerak menyebar, dari H. Abdul Karim Oei Tjeng Hien di Masyumi sampai Tan Ling Djie yang didongkel dari posisi Sekjen PKI oleh D.N. Aidit (keturunan Arab). Dalam Partai Katolik dan Parkindo juga terdapat tokoh-tokoh non-pribumi, seperti Tjung Tin Jan, Auwyong Peng Koen (pendiri Kompas, ganti nama menjadi Ojong P.K.), dan Lie Beng Giok (salah satu pendiri Sin Ming Hui/Yayasan Tarumanegara). Satu dari 21 anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Drs. Yap Tjwan Bing, masuk PNI bersama seniman Tony Wen. Menteri Keuangan kabinet Ali Sastroamidjojo dari PNI adalah D.R. Ong Eng Die, sedangkan Menteri Kesehatan ialah Dr.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…