Bertemu Ayah Akhir Pekan

Edisi: 25/33 / Tanggal : 2004-08-22 / Halaman : 48 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : , ,


Setelah kerusuhan 1998, banyak keluarga Indonesia hijrah ke Singapura. Sebagian telah kembali pulang. Tak sedikit yang memilih menjadi bagian dari komunitas komuter.

TUNGGULAH Jumat petang. Singgahlah ke Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Anda akan menjumpai puluhan eksekutif yang bersiap terbang ke Singapura. Telepon genggam mereka menjerit berdering-dering. Seorang di antara para lelaki berjas itu mendekatkan telepon genggam ke telinga dan berkata, "Sabar, Sayang, Papi sampai di rumah dua jam lagi. I will see you very soon."

Merekalah weekend daddies. Ayah yang dinanti setiap akhir pekan. Hari-hari biasa mereka sibuk bekerja dan tinggal di Jakarta. Begitu Jumat petang tiba, mereka segera menghambur ke Bandara Cengkareng untuk menuju Bandara Changi, Singapura. Kemudian, Senin pagi, setelah dua hari tiga malam menghabiskan waktu bersama keluarga di Singapura, mereka terbang lagi ke Jakarta. Siklus komuter pulang-pergi Jakarta-Depok, eh..., Jakarta-Singapura pun berulang.

Pekan lalu, TEMPO sengaja mengikuti perjalanan dan mewawancarai weekend daddies tersebut. Termasuk dalam kelompok keturunan Cina yang hilir-mudik antarnegara ini adalah para bankir, analis pasar modal, konsultan teknologi informasi, dokter spesialis, juga arsitek terbaik yang dimiliki Indonesia. Jadwal komuter yang mirip membuat mereka kerap berada di pesawat yang sama. "Kita ketemu orang yang sama lagi dan lagi setiap akhir pekan," kata Lin Che Wei, analis pasar modal yang pernah mendapat predikat sebagai analis terbaik versi Majalah Asia Money, 1997.

Lin Che Wei, Direktur The Independent Research and Advisory, memang rutin menjalani rute Cengkareng-Changi dalam enam tahun terakhir. "Persisnya setelah kerusuhan Mei 1998," katanya.

Mata Lin Che Wei menerawang. Dia mengingat kembali hari-hari gelap yang terjadi enam tahun silam. Sebuah tragedi yang kemudian mengubah seluruh wajah Indonesia dengan begitu hebat, antara lain ditandai dengan tumbangnya kursi kepresidenan Soeharto.

Ketika itu, sebagai analis senior di perusahaan sekuritas Prancis, Societe General Securities, Che Wei memiliki banyak sumber informasi kelas A1, sebutan bagi sumber info yang sangat layak dipercaya. Menjelang akhir April 1998, sumber Che Wei dari kalangan militer sudah mengisyaratkan bakal ada ledakan kerusuhan sosial di Jakarta. Dari informasi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…