Nyanyian Pengebom Bersandal Jepit

Edisi: 51/31 / Tanggal : 2003-02-23 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif, Budiyarso, Edi, Hakim, Jalil


DENGAN wajah pucat pasi, Samsuri menginjak pedal rem mobilnya tiba-tiba. Di jalan raya di kawasan Ketewel, Denpasar, Bali, beberapa provos dan polisi berpakaian preman menyetop kendaraannya. "Apa salah saya, Pak?" katanya, tergagap. Rombongan polisi itu tak banyak bicara. "Ayo ikut ke kantor," kata seorang di antara mereka. Samsuri tak mengerti. Ia merasa tak melakukan kesalahan apa-apa.

Pria asal Banyuwangi berusia 27 tahun itu memang cuma seorang koordinator pemulung. Setiap hari, dengan mobil tua Mitsubishi "Colt" L-300 warna hijau, ia membawa kaleng rombeng dan kardus bekas yang dikumpulkan anak buahnya untuk dipasarkan.

Tapi justru karena punya mobil L-300, sejarah hidupnya hari itu sedikit berbelok. "Mobilmu dipinjam untuk rekonstruksi bom Bali," kata seorang polisi. Samsuri tak berdaya. Sesampai di markas kepolisian, jok belakang mobilnya dicopot dan barang rongsokan serta setumpuk kardus bekas dipindahkan. "Saya dibayar Rp 200 ribu sebagai uang sewa mobil," katanya.

Selesai? Belum. Kerepotan kemudian ditanggung polisi. Mobil Samsuri dianggap tak persis sama dengan mobil L-300 yang digunakan pelaku aksi bom Bali. Aparat bahkan harus empat kali "membajak" mobil sejenis untuk mencari yang paling cocok. "Menurut Ali Imron, kabin mobil Samsuri kurang tinggi 10 sentimeter," kata Komisaris Besar Eddy Kusumawijaya, Direktur Reserse dan Kriminal Polda Bali.

Ali Imron—salah seorang tersangka kunci tragedi bom Bali—memang menjadi bintang di markas polisi Bali pekan lalu. Rekonstruksi peledakan bom yang merenggut nyawa 186 jiwa itu diatur dengan kesempurnaan bak persiapan sebuah konser musik klasik. Setiap perangkat disusun dengan seksama sehingga tak ada yang boleh meleset. Dan sang dirigen adalah Ali Imron, 33 tahun. "Ia tak segan membentak anak buah saya kalau ada sesuatu yang dianggapnya tidak beres," kata Ketua Tim Investigasi Bom Bali, Inspektur Jenderal I Made Mangku Pastika.

Polisi, misalnya, terpaksa harus berkali-kali membeli lemari plastik penyimpan dokumen (filing cabinet) sebagai alat Ali Imron memperagakan teknik mengemas bahan peledak.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…