Dewa-dewa Kecil Penyelamat Bumi

Edisi: 24/33 / Tanggal : 2004-08-15 / Halaman : 42 / Rubrik : LIN / Penulis : Sholihin, Burhan , Aji, Ari , Gunawan, Bobby

Empat mahasiswa menjadi duta lingkungan Indonesia untuk dikirim ke Leverkusen, Jerman. Ada yang bercita-cita jadi pemulung sampah.

MENYUSURI jalan setapak sepanjang lima kilometer, Huzer Apriansyah berjalan pelan membelah malam. Giginya gemerutuk menahan hawa dingin yang bertiup dari puncak Gunung Slamet. Malam begitu sepi. Sesekali terdengar irama konser jangkrik. Huzer dan dua temannya terus berjalan, melintasi jalan bebatuan di tengah hutan yang sudah gundul.

Huzer berusaha menutupi rasa cemas dengan mempercepat langkah. Bukan begal yang ditakuti aktivis yang pernah melawan rektornya dengan mogok makan beberapa hari gara-gara universitasnya menaikkan biaya sumbangan pendidikan dan pembangunan (SPP) itu. Bukan pula penampakan hantu konyol seperti sering ditayangkan sejumlah stasiun televisi. Huzer cuma cemas, apakah dia bisa menuruni Gunung Slamet tepat waktu dan pukul 09.00 bisa ikut ujian semester.

Hampir saban akhir pekan Huzer memang mempertaruhkan liburan Sabtu-Minggunya untuk mengunjungi sebuah permukiman terpencil, juga tertinggi, di Gunung Slamet, Banyumas, Jawa Tengah. Hampir tak ada malam Minggu yang tersisa baginya untuk nongkrong di pusat belanja. Bahkan juga untuk pacarnya tersayang.

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah ini lebih suka datang ke dusun terpencil untuk mengajari penduduk pentingnya menjaga kelestarian hutan. Padahal acara jalan-jalan ke dusun itu bukanlah acara pelesir menyenangkan. Huzer dan sahabat-sahabatnya harus bermotor dari kampus sejauh 15 kilometer. Setelah itu perjalanan masih harus disambung berjalan kaki 5 kilometer…

Keywords: -

---

Foto Terkait