Gundala Dan Dunia Khayal Hasmi

Edisi: 16/34 / Tanggal : 2005-06-19 / Halaman : 102 / Rubrik : BK / Penulis : Suyono, Seno Joko , Idayanie, L.N. ,

”Lho, Mas Gun... kok sampai sini? Apa ada penjahat yang bermarkas di Nganjuk?”

PETUGAS peron stasiun Nganjuk itu kaget sekaligus bungah ketika tiba-tiba bertemu Gundala di stasiun Nganjuk. Ia tak melihat bahwa putra petir itu meloncat dari kereta jurusan Surabaya-Yogya. Sosok hitam ini berada kota kecil Jawa Timur untuk menelisik sebuah dugaan penculikan. Itulah sebuah adegan dari komik Gundala tempo dahulu.

Tentu, tak dapat dimungkiri inspirasi awal Hasmi—bersama almarhum Wied N.S. yang mencipta Godam—adalah superhero bikinan Marvel, Amerika Serikat. Tapi ramuan lokal membuat komik-komik fantasi mereka memiliki keunikan sendiri.

Siapa pun bisa tersenyum geli membaca Gundala. Ia sering menempuh perjalanan antargalaksi bila melakukan investigasi, namun masih suka mencari info dari tukang-tukang becak di Malioboro, atau keluar-masuk menonton ketoprak. Dan di sela-sela tugasnya, ia masih ringan tangan membantu anak-anak mengambil layang-layang yang tersangkut di pohon.

Gundala Putra Petir dan Perhitungan di Planet Covox adalah dua terbitan yang menyeret kembali nostalgia itu. Aslinya muncul pada 1969. Di situ asal-usul Gundala dikisahkan. Alkisah, Sancaka, seorang insinyur kimia di Yogya, menemukan serum kebal petir. Namun ditinggal Minarti, kekasihnya, ia frustrasi, merusak percobaannya dan dalam gelap malam, hujan lebat, ia terhuyung-huyung, berjalan sendiri menembus batas kota.

Sebuah petir menyambarnya, tubuhnya terangkat ke langit dan terlempar ke hadapan Kaisar Cronz, penguasa kerajaan petir di luar Galaksi Bima Sakti. Kaisar Cronzlah yang mengubah Sancaka menjadi Gundala. Tapak tangannya mampu menggelegarkan petir, dan…

Keywords: -

---

Foto Terkait