Bacharuddin Jusuf Habibie: Saya Mustahil Tinggalkan Pak Harto

Edisi: 31/35 / Tanggal : 2006-10-01 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Taufiqurohman, M., Wijanarko, Tulus , Parera, Philipus


SETELAH hampir tujuh tahun lengser dari kekuasaan, akhirnya Bacharuddin Jusuf Habibie memberikan kesaksiannya mengenai masa-masa yang bergolak sepanjang 1998-1999. Kesaksian itu diwujudkan dalam sebuah buku setebal 549 halaman berjudul Detik-Detik yang Menentukan, yang diluncurkan pekan lalu.

Sebagian hadirin yang datang ke acara peluncuran di Ball Room Hotel Grand Melia, Kuningan, Jakarta itu tampak ikut bernyanyi ketika lagu Indonesia Tanah Air Beta dilantunkan kelompok Male Voice. Mereka juga khidmat ketika Habibie tanpa ragu menorehkan rangkaian kalimat di poster sampul bukunya: ?Dipersembahkan kepada Rakyat Indonesia.?

Buku ini antara lain membuat terang sejumlah informasi yang dulu samar-samar atau menjalar-jalar sebagai isu. Misalnya perselisihannya dengan Prabowo Subianto, kepercayaannya yang mutlak kepada Wiranto, hingga hubungannya dengan Presiden (waktu itu) Soeharto yang merosot ke titik terendah. Soeharto tak pernah menyapanya lagi sejak lengser.

M. Taufiqurohman, Tulus Wijanarko, Philipus Parera, Yophiandi Kurniawan, dan fotografer Cheppy A. Muchlis dari Tempo menemui kakek empat cucu ini di kediamannya yang hangat, pekan lalu. Di bawah lukisan cat minyak, bunga matahari, karya Maria Tjui yang besar, dia tampak kurus, tapi bersemangat. Ciri khasnya juga tak hilang: blak-blakan, ekspresif, dan kadang terbawa perasaannya sendiri.

Ia juga tetap terlihat bugar. ?Saya masih rutin berenang setiap hari,? katanya. Ditemani teh hangat dan kue-kue jajanan pasar, wawancara hampir satu jam itu terasa sangat singkat.

Bagaimana perasaan Anda ?dicuekin? Pak Harto di saat genting itu?

Saya kenal Pak Harto sejak 1950. Jadi, pada saat dia lengser, kami sudah mengenal lebih dari 40 tahun. Kami sangat erat seperti kakak-adik, juga sebagai kawan. Ketika masih menjadi menteri, saya bisa berkata apa saja kepada beliau?tentu tidak di depan umum. Jadi, ketika dia sebagai seorang negarawan memutuskan mengembalikan kekuasaan kepada MPR, yang secara konstitusional lalu diserahkan kepada Wakil Presiden, saya kan butuh penjelasan dan arahan dari Presiden, tetapi saya dibiarkan....

Anda tahu kenapa?

Yang paling tahu Pak Harto sendiri. Tetapi saya melihat sisi positifnya saja. Mungkin beliau tidak mau?katakanlah??mencemari? saya. Andaikan saya langsung bertemu dia, orang akan bilang, ?Ah, Habibie kacungnya Soeharto.? Dia cuma bilang ke saya, ?Sudahlah, itu merugikan.? Ini saya artikan bukan merugikan dia, tapi merugikan saya. Jadi itu sikap bijaksana seorang kawan.

Secara pribadi Anda…

Keywords: PrabowoPrabowoSubiantoHabibie
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…