Bagdad Dulu, Bagdad Sekarang
Edisi: 23/33 / Tanggal : 2004-08-08 / Halaman : 65 / Rubrik : SEL / Penulis : , ,
TERAPIT di antara aliran Sungai Tigris dan Eufrat, Bagdad merekam sejarah selama hampir 13 abad. Inilah ibu kota Irak, negeri yang sohor dengan dongeng seribu satu malam. Wartawan TEMPO Rommy Fibri tiga kali memasuki kota itu: pada Maret hingga pertengahan April 2003, Desember tahun yang sama, dan pada Juni silam, menjelang penyerahan kedaulatan. Dan TEMPO menemukan, betapa perang dan konflik bersenjata yang berkepanjangan telah mengubah wajah Bagdad yang ramah menjadi kota yang murung, boyak-boyak, serta penuh amarah dan curiga kepada orang asing. Berikut ini laporannya.
KERUMUNAN manusia di depan kedai itu kian ramai di pengujung petang hari. Anak-anak muda, dalam baju gamis yang melambai-lambai, terlibat tawar-menawar seru dengan seorang pedagang minyak wangi dan sajadah. Ada yang berminat serius, ada yang bolak-balik mematut barang kendati kantong tak mampu. Di lapak sebelah, satu tengkulak VCD bajakan menawarkan dagangan dengan teriakan, mengatasi bunyi hiruk-pikuk kaki lima di kawasan perbelanjaan Saadoon--di pusat Kota Bagdad.
Perang telah meratakan sebagian besar kota ini. Toh, perang tak cukup berdaya untuk memadamkan kesenangan penduduk mencuci mata di pusat-pusat kaki lima pada sore hari. Bagi mereka yang gemar mengudap, silakan menjajal aneka makanan. Bunyi penggoreng beradu, aroma kopi yang harum, dan bujukan para pedagang membikin ingatan melayang ke Tanah Air. Sekilas, ini mirip dengan suasana kaki lima di Pasar Jatinegara atau Pasar Minggu yang riuh.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras. Hah? Apa ada tentara yang mengamuk atau pencopet yang dikejar massa? Astaga, ternyata wartawan TEMPO yang menjadi sasaran. Beberapa begundal muda menatap wartawan mingguan ini dengan mata bernyala-nyala, lalu menguarkan hardikan mengguntur, "Kamu dari mana? Kok, mirip orang Korea?" Bila tak dijawab, mereka tak segan menyeret lengan kita dan menginterogasi isi dompet. Kelakuan bandit-bandit lokal ini langsung mengecutkan hati siapa pun yang ingin menikmati suasana pasar rakyat.
Empat belas bulan, TEMPO datang-pergi ke kota ini: Maret hingga pertengahan April tahun silam, Desember lalu ketika mantan presiden Saddam Hussein ditangkap, dan pada Juni kemarin, saat pemerintahan sementara Amerika menyerahkan kedaulatan kepada Irak. Walau desingan peluru selalu mewarnai liputan TEMPO, Bagdad tetap meninggalkan kenangan-kenangan yang menyenangkan.
Ibu kota Irak ini bukanlah kota yang sulit digauli.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…