Akbar Tandjung: "kami Tidak Meninggalkan Wiranto"

Edisi: 22/33 / Tanggal : 2004-08-01 / Halaman : 47 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


POLITIK, kata orang, seni mengolah segala kemungkinan. Tatkala peluang Wiranto, calon presiden dari partainya, lolos ke putaran kedua kelihatan mengecil, Akbar Tandjung, 58 tahun, mulai menjajaki kemungkinan lain: koalisi. Dan pekan-pekan ini, Akbar--demikian sapaan orang nomor satu di Partai Golkar itu--jadi gemar bersilaturahmi. Dalam beberapa kesempatan, ia mengadakan serangkaian pertemuan dengan sejumlah politisi.

Tiga hari setelah pemilihan umum presiden putaran pertama, misalnya, Akbar bertemu Jusuf Kalla--sejawatnya di Partai Golkar yang kini menjadi calon wakil presiden Partai Demokrat. Di lain hari, Akbar makan siang bersama Rahmat Witoelar, tokoh Golkar yang sekarang menyeberang menjadi tim sukses Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Lantas, seusai acara kenegaraan di Istana Negara, Senin lalu, ia menyempatkan bertemu Presiden Megawati dan suaminya, Taufiq Kiemas.

Manuver demi manuver susul-menyusul, tapi Akbar hanya berkilah diplomatis. Menurut dia, pertemuan di antara tokoh politik itu sesuatu yang wajar. Penjajakan, istilahnya. "Lagi pula, pertemuan-pertemuan itu belum berarti mengambil sebuah komitmen," kata politisi yang sempat terkait dengan kasus penggelapan dana Bulog senilai Rp 40 miliar itu.

Akbar bergerak lincah dalam serangkaian "silaturahmi politis", tapi mengapa rekan separtainya, Wiranto, seakan-akan tidak terlibat? "Oh, tidak begitu. Kami tidak meninggalkan Pak Wiranto. Selama ini kami tetap berkomunikasi," ujarnya. "Lagi pula, selama ini ada orang Golkar yang selalu berkomunikasi dengan tim kampanyenya Pak Wiranto," bekas Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu menambahkan.

Kepada wartawan TEMPO Wenseslaus Manggut, Nurdin Kalim, fotografer Hendra Suhara, dan wartawan Tempo News Room Ecep S. Yasa, yang mewawancarainya di kantornya di lantai tiga Gedung Nusantara III DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis siang lalu, Akbar bercerita seputar kekalahan Wiranto, koalisi Partai Golkar, dan jatah kursi kabinet. Berikut petikannya.

Hasil perolehan suara final belum diumumkan, tapi Anda sudah bertemu Megawati dan Jusuf Kalla. Sepertinya Anda tak punya harapan lagi pada kemenangan Wiranto-Salahuddin?

Pertemuan dengan sejumlah tokoh itu wajar-wajar saja. Sebagai politisi, kami mungkin saja saling menjajaki. Itu tak bisa dihindari. Tapi harus dicatat bahwa kami belum memiliki komitmen apa-apa, karena Partai Golkar belum memutuskan harus mendukung siapa di putaran kedua. Kami masih menunggu hasil hitungan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), meski harus diakui bahwa calon kami kecil sekali kemungkinannya lolos ke putaran kedua.

Anda sepertinya sudah meninggalkan Wiranto. Buktinya, dalam pertemuan dengan sejumlah tokoh tadi, Anda tidak mengajak Wiranto.

Oh, tidak. Kami tidak pernah meninggalkan Pak Wiranto. Tadi pagi saya bicara dengan beliau di telepon. Jam satu siang ini (Kamis siang pekan lalu--Red.) Pak Wiranto mau menggelar siaran pers. Saat penghitungan suara, kami selalu bertemu di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Golkar. Soal koalisi di putaran kedua, kami tentu saja akan membicarakannya dengan Pak Wiranto dan Salahuddin. Tapi Partai Golkar yang akan menentukan.

Anda berkali-kali mengatakan bahwa Golkar dan PDI Perjuangan mudah bekerja sama. Mengapa tak langsung saja bilang bahwa Golkar akan mendukung…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…