Sussongko Suhardjo: Aliran Dana Taktis, Itu Perintah Ketua

Edisi: 12/34 / Tanggal : 2005-05-22 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis : Patria, Nezar


SETIAP hari dia harus memakai kaus biru tua dan celana pendek—seragam khas tahanan polisi. Ia tak berbeda dengan tahanan lain, kecuali kacamata bulat yang membuat wajahnya gampang diingat sebagai Sussongko Suhardjo, pejabat Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sudah tiga pekan dia berdiam di ruang tahanan sel nomor 3 blok B Polda Metro Jaya.

Sussongko, 56 tahun, adalah tahanan titipan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia menjadi tersangka kasus suap auditor Badan Pemeriksa Keuangan, Khairiansyah Salman. Dia menyusul anggota KPU Mulyana W. Kusumah yang ditahan di Penjara Salemba, Jakarta Pusat, awal April lalu. Di Polda Metro Jaya, Sussongko kini mendapat rekan: Kepala Biro Keuangan KPU Hamdani Amin, yang sejak pekan lalu juga menjadi tersangka.

Menurut rekan-rekan dekatnya, Sussongko adalah seorang pendiam dan sederhana. Ia memang tak banyak bicara. Saat angin ribut kasus itu bertiup ke arahnya, doktor public administration lulusan Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat, ini seperti malas menangkis. Sussongko, misalnya, selama ini tak bicara ketika dituduh mendalangi pertemuan Khairiansyah dan Mulyana, yang berbuntut tertangkapnya Mulyana karena perkara suap. ”Saya pikir tak ada gunanya ribut-ribut,” ujarnya. Di sel tahanan, kalau tak sedang ada jadwal pemeriksaan, dia memang lebih suka baca cerita silat.

Tapi, di balik kasus dugaan aksi penyuapan dan korupsi di KPU, dia rupanya menyimpan banyak cerita. Melalui pendekatan yang intensif, Sussongko akhirnya mau diwawancarai wartawan Tempo Nezar Patria di Polda Metro Jaya, sesaat sebelum ia diperiksa KPK, Jumat pekan lalu. Ketika ditemui, Sussongko tengah menenteng tas plastik putih berisi makanan kiriman keluarga: sebungkus nasi putih dengan lauk telur, tahu, dan tumis kangkung.

Menurut Hamdani Amin, ada dana taktis KPU yang dibagikan kepada para anggota. Dana apa sebenarnya itu?

Saya kira KPU tak pernah punya dana taktis. Itu salah kaprah. Saya selalu bilang tak ada itu dana taktis. Tapi, kalau itu dana terima kasih, ya, ada.

Maksudnya?

Itu dana nonbujeter yang semuanya ada pada Kepala Biro Keuangan KPU Hamdani Amin. Dana taktis itu formal, misalnya untuk membayar makan tamu, hotel, dan lain-lain yang diambil dari anggaran belanja. Waktu saya datang ke KPU tahun 2002, katanya dana itu sudah ada. Tetapi setelah itu tak ada. Kita biasa pakai anggaran rutin.

Untuk apa saja anggaran rutin itu dipakai?

Kita punya dana untuk rapat, uang makan, transpor, dana panitia atau kelompok kerja. Banyak sekali, ya. (Saya)…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…