K.h. Mustofa Bisri: "nu Seperti Orang Kemaruk"

Edisi: 19/33 / Tanggal : 2004-07-11 / Halaman : 41 / Rubrik : WAW / Penulis : Sohirin


K.H. Mustofa Bisri, 60 tahun, adalah danau yang tenang. Tokoh yang kerap dipanggil Gus Mus ini memiliki pemikiran jernih dan menyegarkan. Gus Mus, yang juga Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, selalu memotret persoalan dengan perspektif yang luas. Soal perpecahan Nahdlatul Ulama dalam pemilu presiden, misalnya, ditanggapi dengan kepala dingin.

"NU tidak dalam kapasitas mendukung atau melarang," katanya. Namun Gus Mus tak bisa menyembunyikan kegusarannya. Maklum, empat tokoh NU--Hasyim Muzadi, Salahuddin Wahid, Hamzah Haz, dan Jusuf Kalla--ikut pemilu presiden pada 5 Juli. Akibatnya, ingar-bingar politik nasional telah menyeret NU ke tubir perpecahan. Tiap-tiap kubu tak merasa cukup menonjolkan kelebihannya. Mereka juga menjelek-jelekkan kandidat lain. Seorang kiai di Jawa Timur bahkan "memurtadkan" santri yang berani tak mengikuti aspirasi politiknya.

Untuk mengatasi keadaan, Gus Mus, dan beberapa kiai yang masih netral, bertindak. Pada 30 Juni lalu, hanya lima hari sebelum pencoblosan, Gus Mus menggelar acara "Silaturahim dengan Rais Am PBNU dan Doa NU untuk Bangsa" di Rembang, Jawa Tengah. Dalam acara penting itu, kembali ditegaskan bahwa PBNU bersikap netral.

Bagaimana peta politik NU mutakhir? Mengapa NU terkotak-kotak? Dan apa sikap Gus Mus soal kekuasaan? Wartawan TEMPO Sohirin pekan lalu mewawancarai Gus Mus. Wawancara berlangsung santai di rumahnya yang asri di Kompleks Pesantren Taman Belajar, Rembang. Berikut ini kutipannya.

Beberapa tokoh Nahdlatul Ulama maju ke pertarungan pemilu presiden/wakil presiden. Apa yang terjadi dengan NU?

Ini akibat NU memiliki massa terbesar dan punya nafsu politik. Saat Pak Harto berkuasa, ekonomi dijadikan panglima. Partai-partai politik, termasuk NU, dirampingkan. Tak ada tokoh NU yang diajak memimpin, termasuk memimpin Partai Persatuan Pembangunan, yang notabene juga warga NU. Bahkan Pak Harto memaksakan Abu Hasan, orang luar NU, untuk menjadi Ketua NU sewaktu muktamar Cipasung. Sewaktu Pak Harto lengser, nafsu berpolitik orang NU berkobar lagi. Harap dimaklumi, karena sejak 1955 tidak disapa. Sekarang banyak yang meminang NU. Saat ini NU menjadi tidak keruan seperti orang kemaruk.

Apakah NU memiliki keinginan untuk kembali masuk lingkaran kekuasaan?

NU sebagai lembaga tidak memiliki keinginan ke kekuasaan. Keputusan PBNU soal khitah sudah jelas. Tentu NU menghargai warganya yang terjun ke politik praktis. Namun harus menggunakan etika, di antaranya tidak akan membawa-bawa NU ke politik praktis. Dalam rapat gabungan syuriah dan tanfidziah diputuskan bahwa NU tidak dalam kapasitas mendukung atau melarang.

Abdurrahman Wahid pernah gagal di pemerintahan. Mengapa tokoh NU kembali berebut kekuasaan?

Orang NU itu mudah lupa. Warga NU tidak ingat pesan Nabi, laa yuldaghul mu'minu min juhrin waahidin marrotaini (tidak pantas menjadi seorang mukmin jika disengat kalajengking dua kali dari satu lubang). Jadi, mestinya kesalahan serupa itu tidak berulang kali. Kalau sudah disengat dari satu lubang, ya pindah, jangan mengulang-ulang kesalahan.

Mengapa nafsu berpolitik orang NU masih tinggi?

Pada 1955, dengan persiapan yang relatif singkat, NU masuk empat besar dalam pemilu. Ini membuat orang NU ketagihan. Saya selalu menganalogikan NU seperti rumah keluarga yang memiliki halaman, sawah, tambak, toko, warung, dan pabrik. Pada waktu usaha transportasi sedang ramai, NU juga membuka usaha itu. Kebetulan memang ada yang menyopir dan mengelola…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…