Pengakuan Seorang Tukang Cendol
Edisi: 49/31 / Tanggal : 2003-02-09 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : , ,
MATAHARI pagi merangkak di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Seorang pria muda tampak dibonceng polisi, awal pekan lalu. Tanpa borgol, sembari meniti jalan terjal, ia diantar ke kantor polisi. Sesekali tangannya menggamit pinggang polisi ketika rutenya berkelok. Siapa sangka bahwa pria ini adalah tokoh penting di balik bom Natal yang bikin geger tahun 2000 lalu. Ia mengaku bernama Abdul Jabar, berusia 33 tahun.
Sejak tindakannya menaruh bom jahanam di malam Natal itu, ia dipaksa hidup sebagai buron. "Saya merasa tak tenang," katanya kepada polisi. Setelah berunding dengan keluarga, akhirnya ia menyerahkan diri kepada Brigadir Kepala Herman, yang lantas memboncengkannya itu. Menurut Kepala Kepolisian Nusa Tenggara Barat, Brigjen Sutomo Tjokro Atmodjo, Jabar mengaku terlibat peledakan bom di Gereja Koinonia di kawasan Halim, Jakarta Timur, Gereja Anglikan di Menteng Raya, dan bom di rumah Duta Besar Filipina. Di rumah Duta Besar Filipina, ia mengaku…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?