Sebuah Senjahari Untuk Sumartana

Edisi: 48/31 / Tanggal : 2003-02-02 / Halaman : 83 / Rubrik : OBI / Penulis : Kleden, Hermien Y., Budiyarso, Edi, Sohirin


SEHELAI koran dan sebuah kursi. Betapa sedikitnya "aksesori" yang diperlukan Theodore Sumartana untuk berpamitan kepada dunia. Kematian menjemputnya tiba-tiba. Begitu tiba-tiba sehingga dia tak perlu berurusan dengan dokter atau ampul-ampul suntikan. Sumartana tengah membaca koran di sebuah kursi ketika serangan itu membuat jantungnya bergemuruh. Teman-temannya mengira ia tengah tidur karena mereka mendengar suara dengkuran. Sesaat kemudian, tangannya terkulai, tubuhnya melorot dari kursi. Dalam hawa petang hari yang sejuk di Gadok, Bogor, Sumartana mengucapkan selamat tinggal kepada kehidupan.

Teolog ini meninggalkan keluarganya, teman-temannya, karya-karyanya, dan masa hidup yang belum larut: 59 tahun saja. Dan seperti setiap penabur yang baik, dia membuat orang merasa kehilangan terhadap benih-benih yang pernah dia tebarkan. Rasa kehilangan itu berdenyut dalam setiap ruang yang merindukan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…