Krisis, Moral Hazard, Dan Solusinya

Edisi: 00/33 / Tanggal : 2004-06-30 / Halaman : 128 / Rubrik : KL / Penulis : Haz, Hamzah , ,

H. Hamzah Haz *)
*) Ketua Umum DPP PPP dan calon Presiden RI

PEMILIHAN presiden 5 Juli 2004 diselenggarakan dalam suasana transisi demokrasi dan upaya pemulihan ekonomi. Dari sisi demokrasi, bangsa kita telah melakukan lompatan jauh, tetapi dari sisi ekonomi upaya pemulihan masih harus dilakukan. Dampak krisis yang terjadi sejak pertengahan 1997 masih meninggalkan beban, khususnya di bidang fiskal dan moneter.

Negara tetangga yang sama-sama mengalami krisis seperti Thailand, Malaysia, dan Korea sudah lebih dulu mengatasi krisis dan telah berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik. Di Indonesia, krisis itu masih menyisakan keterpurukan karena dampak krisis bersifat multidimensi, bukan saja di bidang ekonomi tapi merambah ke bidang sosial, politik, dan budaya.

Krisis sebenarnya lebih banyak bersumber dari kerusakan moral (moral hazard), misalnya menjalarnya korupsi, kolusi, penyelundupan, praktek ilegal (fishing, mining, logging), kekerasan, narkoba, perjudian, dan pornografi. Keadaan tersebut saya sebut Krisis Moral Bangsa.

Dalam pengamatan saya, kemerosotan moral bangsa sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan, dan bangsa Indonesia di mata asing sudah dianggap bangsa yang telah jatuh martabatnya. Indonesia yang dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah, santun, dan suka gotong-royong kini berubah menjadi bangsa yang mudah marah, kasar, suka berperang antar-sesama, berperilaku sensual dan pornoaksi, serta senang main hakim sendiri.

Rendahnya disiplin masyarakat mencerminkan krisis moral bangsa yang memprihatinkan. Dalam indeks korupsi, Indonesia termasuk jajaran negara terkorup di dunia. Dewasa ini sangatlah…

Keywords: -

---

Foto Terkait