Utang Luar Negeri Dan Cgi

Edisi: 47/31 / Tanggal : 2003-01-26 / Halaman : 105 / Rubrik : KL / Penulis : Wibowo, Dradjad H., ,


MENJELANG sidang Consultative Group on Indonesia (CGI)—tahun ini berlangsung pada 21-22 Januari di Bali—kontroversi tentang utang luar negeri pun mencuat kembali. Pertanyaan krusialnya adalah sudah optimalkah manajemen utang luar negeri Indonesia. Optimal di sini tidak hanya dari segi fiskal, tapi juga dari sisi pembangunan dan keadilan sosial.

Secara teoretis, ekonomi makro klasik mengenal konsep yang disebut Ricardian Equivalence (RE). Premis dasarnya, utang pemerintah bersifat netral, tidak punya efek terhadap suku bunga, investasi, perdagangan, inflasi, dan produk domestik bruto (PDB). Konsekuensinya, tidak terdapat efek redistribusi pendapatan. Maka dari sini muncul pemeo "there is no burden of the national debt."

Dalam konteks utang luar negeri (LN), teori ini berpandangan, kalau pembangunan tidak dibiayai dengan utang LN, sumber dana diambil dari dalam negeri. Artinya, masyarakat harus membayar pajak yang lebih tinggi, sehingga pendapatan disposabel merosot. Akibatnya, konsumsi domestik berkurang. Karena konsumsi menyumbang 50-70 persen pertumbuhan, pertumbuhan pun terhambat.

Kedua argumen di atas melahirkan manajemen utang klasik ala IMF dan Bank Dunia. Pada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…