Malari Di Mata Soemitro
Edisi: 10/24 / Tanggal : 1994-05-07 / Halaman : 25 / Rubrik : NAS / Penulis : ATG
DALAM usianya yang ke-46, pada tahun 1973, Jenderal Soemitro menyandang jabatan Wakil Panglima ABRI merangkap Panglima Kopkamtib. Dengan jabatan barunya itu, kekuasaan di tangan arek Probolinggo itu memang amat besar. Ia bisa menggerakkan pasukan atau menangkapi lawan politiknya setiap ia suka. Ia didukung oleh kekuatan yang luas jangkauannya. Itu yang membuat Soemitro masuk dalam jajaran elite penentu kebijaksanaan politik nasional. Maka, ia pun tampil sebagai jenderal gendut yang angker, yang membuat segan kawan atau pesaingnya.
Soemitro naik ke pucuk pimpinan aparat keamanan itu pada saat kota-kota di Indonesia sedang panas. Aksi-aksi demonstrasi tak kunjung berhenti, bahkan sudah menjalar ke berbagai kota universitas seperti Bandung, Yogya, Ujungpandang, dan Medan. Banyak mahasiswa dan kaum cendekiawan mengadakan bermacam-macam diskusi yang memanaskan suasana. Pemerintah memang mendapat kritik tajam. Soal korupsi, modal asing, peran Jepang, sampai kedudukan aspri (asisten pribadi) presiden, Ali Moertopo dan Sudjono Hoemardani, yang dikenal dekat dengan tokoh-tokoh Jepang.
Sepulangnya dari kunjungan ke Aljazair, Soemitro bersama wakilnya, Sudomo, dan Kepala Bakin Soetopo Joewono dipanggil Presiden. Pak Harto bercerita tentang kampus-kampus yang mulai resah, lalu menanyai Soemitro apakah ia bisa menenangkan para aktivis kampus. "Saya bersedia. Tapi izinkan saya ke Pulau Buru dulu. Lalu ke kampus Jawa Timur, karena saya berasal dari Jawa Timur. Kalau saya berhasil di sana, baru ke kampus-kampus lain," kata Soemitro.
Tapi keadaan makin membara dan tak terkendali menjelang kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka tanggal 15 Januari 1974. Poster anti Jepang dan berbagai protes terpampang di mana-mana. "Bubarkan Aspri", "Biankie, Biankoen dalang cukong", "Sudjono Hoemardani dalang makelar Jepang", "Ali Moertopo calo politik", "Jepang merusak Indonesia", dan sebagainya.
Tanggal 10 Januari 1974, hari ulang tahun Tritura, sejumlah mahasiswa berziarah ke makam…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?