Sisa-sisa Suaranya Itu...
Edisi: 15/33 / Tanggal : 2004-06-13 / Halaman : 64 / Rubrik : OBI / Penulis : Danarto , ,
Hamid Jabbar,
penyair yang berdendang itu
telah kembali ke lautan kekal puisi.
SETIAP bertemu Hamid Jabbar, berderai senyum teman-temannya. Bukan karena apa, melainkan tersebab bagaimana tubuh yang kecil itu begitu energetik. Seperti tak kenal lelah. Seperti seluruh elan vital teman-temannya terkumpul di dalam tubuhnya seorang. Tentu tak mudah diburu, dijebak, diringkus seluruh ide-ide itu, tapi seperti mudah saja baginya menulis puisi itu. Tentu Hamid punya kiat sendiri untuk selalu terpanggang api puisi. Ia menulis dan berdendang, terus, terus, dan terus. Isu-isu politik lalu tiba-tiba saja menjadi baris-baris kalimat di dalam ponselnya yang panjang, yang rasanya benda logam itu dibuat pabrik khusus bagi para penyair.
Tubuhnya yang semakin kurus tak mengurangi perangainya yang gembira, ia memeriahkan diskusi-diskusi sastra, politik, dan kebudayaan. Ia, yang lahir 27 Juli 1949 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat, menghardik dan marah terhadap pemerintah dalam diskusi politik, meskipun tugas kehadirannya untuk…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…