Kuda Terbang Di Atas Lido

Edisi: 44/31 / Tanggal : 2003-01-05 / Halaman : 154 / Rubrik : GH / Penulis : Budyarso, Edy, Gunawan Bobby,

TERBANG membuat Wun-Wun Mauludi lupa segalanya. Lima kali ia berputar-putar dengan pesawat ringannya di lereng Gunung Salak, menikmati salah satu pemandangan alam terhijau di Jawa Barat dari ketinggian. "Enggak Lebaran, Natal, kalau sudah kepingin terbang, rasanya seperti ada yang gatal," kata Wun-Wun, 44 tahun, direktur sebuah perusahaan asuransi di Jakarta.

Di Lido Resort, kawasan wisata kaki Gunung Salak dan Gede-Pangrango, Sukabumi, puluhan pesawat ringan seperti milik Wun-Wun parkir. Terbang dengan pesawat microlights seperti itu, yang dicat dengan warna-warni menawan, memang merupakan salah satu cara eksekutif Jakarta memanjakan diri pada akhir pekan.

Olahraga dan rekreasi terbang dengan pesawat ringan sebenarnya bukan tren baru di sini. Penerbang-penerbang sipil ataupun militer Indonesia yang pernah tinggal di Amerika, seperti Hertriyono Kartowisastro, Saryanto Sarbini, Frank Reuneuker, dan Marsekal TNI Pribadi, telah memperkenalkannya sejak 1980-an. Mereka antara lain membuat populer pesawat ringan bermesin Rotax Bombardier, yang mampu terbang dengan kecepatan 100 km per jam. Di Amerika, pesawat-pesawat kecil seperti itu pernah merajai langit menyusul krisis minyak pada dasawarsa sebelumnya.

Para pionir itu belakangan mulai merancang sendiri pesawat-pesawat kecil dan eksperimental. Hertriyono, misalnya, kini Ketua Persatuan Olahraga Dirgantara Layang Gantung, masih menyimpan pesawat rancangannya sendiri di hanggar Lapangan Terbang Pondok Cabe.…

Keywords: -

---

Foto Terkait