Ferry Santoro: "gam Sempat Mengancam Membunuh Saya"

Edisi: 13/33 / Tanggal : 2004-05-30 / Halaman : 50 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


FERRY Santoro, 35 tahun, tampak letih. Wajah tirus kamerawan RCTI ini terlihat makin cekung. Dibanding 11 bulan lalu, kini kulitnya makin gelap. Ya, sejak disandera pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 29 Juni 2003 silam, tubuh Ferry berubah drastis.

Berat badannya memang anjlok 22 kilogram. Toh, Ferry tetaplah Ferry. Meski sempat menjalani hari-hari menegangkan, ia tetap memiliki sense of humor yang tinggi. "Kalau Aceh jadi merdeka," ujarnya, "saya boleh ke sana tanpa paspor."

Ferry letih, tapi juga sedang menghabiskan rasa rindunya pada orang-orang tersayang. Dari belantara Aceh, pekan lalu Ferry kembali berkumpul dengan keluarga. Mayawati, sang istri, kembali meladeni makan dan minum Ferry dengan telaten. Sedangkan Muhammad Ferdian Santoro, 6 tahun, anak semata wayangnya, kerap bergelayut manja di pangkuan. Bahkan TEMPO melihat Ferdian hanya mau makan bila disuapi oleh ayahnya. Setelah makan, Ferdian merengek-rengek agar sang ayah mengeloninya di kamar tidur.

Untuk mengungkap kisah penyanderaan Ferry yang dramatis, wartawan TEMPO Setiyardi dan Nezar Patria mewawancarainya di sebuah tempat yang dirahasiakan. Berikut kutipan wawancara dengan Ferry Santoro.

Setelah 11 bulan disandera GAM, bagaimana rasanya jadi orang bebas?

Ini karunia Allah Swt. Saya masih diberi kesempatan untuk hidup dan kembali berkumpul bersama keluarga. Selama dalam penyanderaan GAM, saya sempat terpikir akan segera menemui ajal. Apalagi setelah Pak Ersa Siregar tertembak. Karenanya, saya sangat berterima kasih kepada Panglima TNI Jenderal Endriartono Su-tarto, Penguasa Darurat Militer Mayjen Endang Suwarya, ICRC, PMI, serta rekan-rekan jurnalis yang selalu memberi dukungan. Secara khusus, saya ucapkan terima kasih kepada enam wartawan yang menjadi barter dalam pembebasan saya.

Apa yang akan Anda lakukan se-karang?

Sebenarnya saya sangat kangen dengan pekerjaan. Kalau boleh, sih, setelah dua hari istirahat bisa langsung bekerja kembali. Tapi RCTI meminta saya istirahat total selama dua bulan.

Anda mengalami trauma?

Ya, saya memang masih mengalami trauma. Itu sangat saya rasakan. Sekarang, saya sering merasa mendengar suara tembakan dan rentetan peluru. Dar...dar...dar.... Padahal sekarang saya sudah di Jakarta. Tak ada apa-apa. Suara itu biasanya terdengar bila saya sedang melamun.

Bisa tidur nyenyak?

Alhamdulillah saya bisa tidur. Biasanya saya tidur bersama Ferdy, anak saya. Dia jadi ngalem sekali. Makan pun sering minta disuapi papanya.

Kami ingin tahu kisah Anda saat disandera GAM. Bagaimana proses penangkapan Anda?

Pada tanggal 29 Juni 2003, Pak Ersa dan saya akan mengunjungi pengungsi. Dua istri perwira TNI juga ikut bersama kami. Dalam perjalanan dari Kuala Langsa ke Lhok Seumawe, mobil kami dihadang beberapa pasukan GAM bersenjata lengkap. Saya dan sopir langsung disuruh tiarap di belakang. Kami dibentak-bentak dengan kasar. Saya tak tahu dibawa ke mana. Saat itu saya hanya bisa berdoa agar diberi keselamatan. Saya takut sekali. Harus saya akui, saat itu saya sangat ketakutan.

Kemudian, apa yang menimpa Anda?

Saya dan tawanan lain mengalami hari-hari yang panjang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…