Setelah Kematian Di Negeri Utara

Edisi: 12/33 / Tanggal : 2004-05-23 / Halaman : 130 / Rubrik : LN / Penulis : Maha Adi, I G.G. , ,


DI sebuah negeri bernama Chechnya, ramalan bisa berumur pendek saja. Sembilan hari. Cuma sembilan hari. Setidaknya itulah yang terjadi pada Presiden Chechnya Ahmad Kadyrov, yang mati dibunuh pekan silam. "Tak seorang pun yang hidup abadi," kata Ahmad Kadyrov ketika ditanya wartawan di taman rumahnya yang penuh bunga di Tsentoroi, 50 kilometer dari Ibu Kota Grozny. "Karena itu, saya siap mati kapan saja," ujarnya. Kadyrov mengaku tak gentar walaupun pejuang muslim Chechnya menempatkan namanya di urutan pertama orang yang harus dibunuh karena sikap politiknya. Sembilan hari kemudian bom fougasse dari teroris meledakkan tempat duduknya dan mengakhiri kefanaannya. Kadyrov te-was di tempat.

Perayaan kemenangan Rusia atas Nazi Jerman di Stadion Dinamo di Grozny, yang dihadiri sang presiden, berubah menjadi hari berkabung nasional. Perdana Menteri Sergei Abramov lalu naik menjadi presiden sementara. Kendati menurut konstitusi Chechnya presiden yang baru seharusnya dipilih bulan depan, sulit mencari figur lain yang setia kepada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…