Karnaval Erotis Nenek Moyang Kita
Edisi: 11/33 / Tanggal : 2004-05-16 / Halaman : 80 / Rubrik : SR / Penulis : Firmansyah, Arif , ,
SEBUAH patung menyiratkan sosok seorang lelaki. Si pematung tampaknya tak begitu hirau dengan topografi, liku, dan lekuk badan obyek karyanya. Para arkeolog memang telah sepakat, itulah ciri peninggalan masa neolitik (500 SM), zaman batu baru: tubuh memanjang dari pundak sampai panggul seperti batang kayu. Tapi para penonton yang sempat menyaksikan karya itu di Galeri Dharma Mulia, Ciputat, Tangerang, Banten, mungkin sampai pada kesimpulan lain. Si pemahat menonjolkan dua hal. Satu, wajah dingin, berwibawa, bahkan mengandung pesona magis seorang pemimpin. Dan satu lagi, ia sosok yang memegangi penis yang mendongak ke atas.
Novelis Agung, sarjana arkeologi Universitas Gadjah Mada, menawarkan penjelasan bernada Freudian. "Biasanya penis ditafsirkan sebagai simbol kekuasaan juga," katanya. Kita ingat ahli psikoanalisis Norman Brown yang mengutip King James, Raja Inggris yang membahasakan diri suami, dan wilayah kekuasaan istrinya. Sang Raja adalah ereksi dari tubuh politik, dan segala gemerlap kekuasaan adalah personifikasi penis.
Tadulako, demikian nama obyek yang dipamerkan sepanjang Mei 2004 dengan tema Sex and the City, Erotic Art…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…