Dari Kesaksian Para Sastrawan

Edisi: 03/32 / Tanggal : 2003-03-23 / Halaman : 63 / Rubrik : IQR / Penulis : Shahab, Idrus F., ,

NUSANTARA adalah seraut wajah budak Melayu yang bisu dalam karya Ivan Turgenev. Aneh memang. Dalam The Song of Triumphant Love (1881), si penulis memerikan sosok Melayu berkulit cokelat: pintar, lidahnya terpotong tapi memahami bahasa Italia dengan baik, dan bersembunyi di belakang bayang-bayang tuannya tapi mahir dalam guna-guna.

Sosok penting ini menggarami kisah itu dengan eksotisme Nusantara yang samar, misterius, keajaib-ajaiban, tapi tetap anonim di sepanjang cerita. Ia membawa sesuatu yang gelap dari dunia Timur ke dalam kisah cinta segi tiga yang melibatkan dua artis—satu musikus, satu lagi pelukis—dengan seorang perempuan jelita. Oleh pelbagai ritual ilmu hitam, ia menolong tuannya—si musikus—mendapatkan kembali sang belahan jiwa. Pada puncaknya, ia membangkitkan, menghidupkan kembali tuannya yang pucat dan… telah jadi mayat!

Alkisah, demikian Turgenev bertutur, di Italia pada pertengahan abad ke-16, dua sahabat memperebutkan cinta seorang gadis. Fabio, pemuda yang menggeluti seni rupa, menang dalam "pertarungan" itu. Ia menikahi si gadis. Sedangkan Muzzio, si musikus, memutuskan membawa hatinya yang remuk ke petualangan panjang di dunia Timur. Selang beberapa tahun kemudian ia kembali dengan pengalaman serta oleh-oleh serba menakjubkan. Namun tak jelas betul apakah luka di hatinya sembuh, asmaranya redup. Yang pasti, kini ia mendarat di tanah Italia tidak sendiri. Ia datang bersama pembantunya yang setia, seorang berkulit gelap: Melayu dari Jawa.

Kulit Muzzio yang telah dibakar matahari memang tak segelap pembantunya, tapi ia bukan sosok yang dulu lagi. Cintanya kembali membara, tapi caranya mendapatkan cinta itu kini berubah. Di suatu malam, di bawah sinar bulan, Fabio melihat pemandangan yang membuat darahnya menggelegak. Muzzio berjalan keluar dari kamarnya, diiringi…

Keywords: -

---

Foto Terkait