INFORMASI DAN INTIMIDASI

Edisi: 03/32 / Tanggal : 2003-03-23 / Halaman : 88 / Rubrik : KL / Penulis : Kleden, Ignas, ,

DALAM perkembangan sejarahnya, kebebasan berpendapat, khususnya kebebasan pers, ternyata bukanlah barang gratis. Kebebasan ini diperoleh melalui berbagai negosiasi panjang dan berbelit, dan dibayar dengan harga yang tidak selalu murah. Serangan ke kantor Majalah Berita Mingguan TEMPO pada Sabtu, 8 Maret lalu, adalah contoh soal tentang "tarif" yang harus dibayar untuk mendapatkan kebebasan pers.

Riwayat majalah berita ini dalam 32 tahun usianya adalah tipikal kisah pasang-surut perjuangan memperebutkan dan mempertahankan kebebasan pers. Selama masa Orde Baru, TEMPO mengalami dua kali pembredelan. Pertama kali terjadi pada 2 April 1982 untuk waktu sebulan lebih hingga 15 Mei 1982 lantaran pemberitaan tentang kampanye Golkar di Jakarta. Pembredelan kedua pada 21 Juni 1994 adalah akibat pemberitaan tentang pembelian kapal-kapal perang dari Jerman, yang berlangsung beberapa tahun sampai Majalah TEMPO terbit lagi pada 12 Oktober 1998.

Pembredelan kedua pada majalah berita ini rupanya menyadarkan berbagai pihak bahwa matinya sebuah penerbitan pers yang laporan-laporannya bisa dipercaya dan ulasan-ulasannya layak dipertimbangkan merupakan suatu kehilangan yang merugikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi. Ini mungkin penyebab pembredelan yang kedua itu menimbulkan reaksi yang sangat luas di berbagai kota, dan tanpa sengaja menciptakan jaringan dan solidaritas yang semakin kukuh di antara berbagai kekuatan civil society Indonesia.

Para cendekiawan dan seniman turun ke jalan bergabung dengan para mahasiswa (yang barangkali tak pernah cukup uang untuk berlangganan majalah ini), bergandengan tangan dengan aktivis LSM (yang hingga saat itu bukan menjadi bahan berita yang penting untuk TEMPO), dan diperkuat pula…

Keywords: -

Rp. 15.000