Marsudhi Hanafi: Tak Ada Kejahatan Sempurna
Edisi: 07/34 / Tanggal : 2005-04-17 / Halaman : 46 / Rubrik : WAW / Penulis : Patria, Nezar
SUDAH setengah tahun Munir wafat akibat racun. Riwayat aktivis hak asasi manusia itu tamat dalam pesawat Garuda GA 974 menuju Amsterdam, 7 September 2004. Di cairan lambung dan darahnya, menurut lembaga forensik di Belanda, mengambang tuba arsenik 460 miligram. Sampai hari ini, bedebah di balik aksi keji itu belum dapat diungkap tim pencari fakta (TPF) kasus pembunuhan Munir bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Memang ada secercah titik terang. Misalnya, polisi sudah menahan saksi kunci Pollycarpus Budihari Priyanto pada akhir Maret lalu. Selain tindakannya memberikan kursi kelas bisnis kepada Munir, yang waktu itu cuma memegang tiket ekonomi, pilot Airbus 330 itu juga dicurigai beberapa kali menghubungi Munir sebelum berangkat ke Belanda. Pekan lalu, polisi menambah lagi jumlah tersangka, pramugari Yeti Susmiyarti dan awak pantry Oedi Irianto. Sejumlah saksi lain juga mulai diperiksa, termasuk bekas Direktur Utama Garuda, Indra Setiawan.
Polisi tampaknya sejalan dengan saran TPF. Seperti berpacu dengan waktu, tim yang awalnya disambut dengan pesimistis itu ternyata bekerja cepat. Mereka menelisik berita acara pemeriksaan dari 93 saksi yang diperiksa penyidik Markas Besar Polri. âKami menemukan banyak lubang dari pemeriksaan itu,â ujar Brigadir Jenderal Polisi Marsudhi Hanafi, ketua TPF.
Marsudhi, 55 tahun, adalah polisi yang percaya pada investigasi ilmiah terhadap kejahatan. Kariernya padat sebagai reserse. Dia juga akrab dengan tragedi bermotif politik pada awal reformasi, 1998. Sebutlah pembantaian Teungku Bantaqiah di Aceh Barat, atau kasus penyiksaan warga sipil Aceh di Rumoh Geudong, Pidie. Dia juga turut dalam tim penyidikan terbunuhnya mahasiswa Trisakti, atau Tragedi Semanggi.
Pada awalnya, banyak yang meragukan Marsudhi. Dua anggota tim dari lembaga swadaya masyarakat bahkan mengundurkan diri, seperti Smita Notosusanto dan bekas Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Bambang Widjojanto. Tapi pandangan anggota tim lainnya pelan-pelan berubah. âDia orang yang tegas dan berani,â ujar Direktur Imparsial, Rachland Nashidik.
Memimpin tim itu sejak Januari lalu, Marsudhi bertubi-tubi diserang telepon bernada ancaman pembunuhan. âSaya tak peduli,â ujarnya. Dia sadar, ada jejak kerja intelijen di belakang kematian Munir. Lantas, apa targetnya dengan tim beranggotakan 12 orang itu? Marsudhi menerima wartawan Tempo Nezar Patria…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…