Virginia Woolf: Sebuah Sosok Dan Citra

Edisi: 04/32 / Tanggal : 2003-03-30 / Halaman : 59 / Rubrik : LAY / Penulis : Suyono, Seno Joko , ,


Dalam film The Hours, yang dinominasikan sebagai film terbaik Academy Awards tahun ini, Woolf tampil pada saat-saat murung dalam kehidupannya. Siapa sesungguhnya Woolf? Mengapa ia selalu mencoba mengakhiri hidupnya? Ikuti napak tilas wartawan TEMPO di London, tempat Woolf menjalani hidupnya yang paling produktif dalam dunia sastra.

IA mengantongi sebuah batu lebih dari sekepal tangan di mantel bulunya. Arus Sungai Ouse mengalir deras. Selama ini para penduduk desa sering melihat ia berjalan sendirian membawa tongkat menyusuri sungai bersama Sally, anjingnya. Siang itu, akhir Maret 1941, John Hubbard, buruh peternakan setempat, sempat menyaksikannya turun ke tepi kali, tapi ia tak bersyak wasangka apa pun.

Pada 18 April, sekelompok remaja bersepeda berhenti makan siang di pinggir sungai dekat Ashelham, beberapa kilometer dari situ. Mereka melihat sebatang kayu aneh hanyut. Makin mendekat, ternyata itu mayat seorang wanita mengambang. Polisi datang. Di saku jenazah membeku tersebut ditemukan arloji berhenti pukul 11.45.

Mengapa Virginia Woolf menenggelamkan diri?

Secarik kertas beramplop biru di atas meja Monk's House (rumah Virginia dan Leonard Woolf) yang ditujukan Virginia kepada Leonard Woolf, sang suami, yang dikutip harian Guardian saat itu, bertulis demikian: "Sayang, sepertinya aku kembali menjadi gila…. Aku mendengar suara-suara. Aku tidak bisa melawannya lagi. Aku tak bisa berkonsentrasi lagi menulis…. Aku melakukan ini karena tampaknya inilah yang terbaik…. Kamu telah memberikan kebahagiaan terindah untukku…. Aku tak bisa mengganggu hidupmu lebih lama lagi."

Potret Virginia Woolf yang mengalami gangguan mental itu juga ditampilkan film The Hours, yang kini beredar di Jakarta. Film yang disutradarai Stephen Daldry (Virginia diperankan oleh Nicole Kidman) adalah nominasi Oscar tahun ini. Kalah atau menang, seperti ditulis The New York Times, film ini bisa saja tak memuaskan bagi para ahli Virginia, terutama soal tafsiran kegilaan yang dianggap terlalu menyederhanakan problematika kehidupan dan kreativitas Virginia.

Bunuh diri para sastrawan konon tidak bisa didekati secara klinis semata. Sylvia Plath dan Anne Sexton, sastrawan generasi sesudah Woolf, juga mengakhiri hidupnya secara tragis. Plath, dari Boston pindah ke Inggris, tewas di London pada 12 Februari 1963. Saat itu baru 30 tahun dan masa kepenyairannya tengah memuncak. Ia menyungkupkan kepala ke kompor, menghirup gas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…