Hujatan Dari Delapan Penjuru

Edisi: 04/32 / Tanggal : 2003-03-30 / Halaman : 138 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Prabandari, Purwani D., Laksmini, Gita W.,

KERUDUNG ribuan muslimah itu seolah merentang sehelai selimut raksasa berwarna putih di halaman kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di kawasan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Bergabung bersama anggota masyarakat lain, para muslimah dari Partai Keadilan itu berdemo pada Kamis pekan silam, menentang invasi Amerika ke Irak. Di bawah terik matahari Jakarta yang nyalang, mereka mendaraskan doa dengan tertib dan santun bagi warga Irak—sebuah negeri yang telah dibumihanguskan Amerika dan para sekutunya.

Dalam hitungan waktu yang tak jauh berbeda, pemandangan ”serupa tapi tak sama” bisa dilihat di berbagai penjuru bumi. Demo yang tertib, kasar, penuh amarah, bahkan vulgar meledak di jalanan London, Sydney, San Francisco, Beijing, dan Kairo. Orang berteriak, menangis, beraksi menggantung diri di jembatan layang—seperti yang dilakukan beberapa anak muda Jakarta—membakar bendera AS dan Inggris serta patung Presiden AS George Bush dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Sebuah televisi swasta Indonesia menyiarkan running text—dari yang lucu hingga yang penuh kemarahan—sesaat setelah bom AS berjatuhan di Irak Selatan. ”Bush kok beraninya main keroyokan,” begitulah bunyi pesan salah seorang pemirsa. Di London, Jacob Hunt, putra Menteri Kesehatan Lord Hunt—yang mengundurkan diri pekan lalu karena bertentangan dengan Blair soal Perang Irak—bergabung bersama sekitar 8.000 anak sekolah. Mereka membolos untuk menentang Perang Irak.

Masih di London, Scott Cunliffe meloncat dari tempat tidurnya pada Kamis dini hari. Televisi menyiarkan bahwa…

Keywords: -

---

Foto Terkait