Mati-matian Menggenggam Bagdad
Edisi: 05/32 / Tanggal : 2003-04-06 / Halaman : 120 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Adi, I.G.G. Maha, el-Qudsy, Zuhaid, Laksmini, Gita W.
BAGDAD dalam subuh musim dingin. Jarum jam belum mencapai angka lima. Menikmati pagi di sebuah kota di tengah gurunâdi bawah hujan bom pulaâmemang bukan hal yang nyaman. Cuaca bisa jatuh ke titik nol membuat mulut mendesis menahan dingin. Wartawan TEMPO Zuhaid el-Qudsy baru saja berniat menunaikan salat subuh di kota itu pada Kamis pekan lalu ketika rentetan gelegar dari ledakan peluru kendali mengguncangkan lantai rumah. Saking dahsyatnya, "Ledakan itu seolah pecah di samping telinga saya," Zuhaid menulis dalam laporannya.
Hantaman rudal itu, seperti yang disaksikan TEMPO, meratakan sebuah bangunan dan menyisakan asap tebal. "Ya, Indoneisy, anta muslim?" seorang pria bertanya dengan curiga. Wartawan mingguan ini mengangguk dan memastikan bahwa dia muslim dari Indonesia. Barulah dia dibiarkan berbaur dalam kerumunan massa, ikut menonton jenazah seorang pria yang tengah digotong keluar dari reruntuhan. Istri lelaki itu meratap sejadi-jadinya sembari mendekap anaknya. Di sela-sela tangis, dia menjeritkan dukungan kepada Saddam Hussein, "Nadfiek, ya Saddamâ¦."
Asap tebal, dentuman bom, dan bau mesiu adalah pemandangan sehari-hari buat penduduk Bagdad. Malam hingga subuh adalah saat menegangkan, ketika pesawat-pesawat tempur Amerika memilih sasarannya di ibu kota Irak, yang menyimpan sejarah 28 abad. Jalanan Bagdad sunyi senyap. Mobil penjaga keamanan melintas sesekali.
Invasi Amerika ke Irak telah memasuki pekan kedua. Walau ledakan mengguncang Bagdad setiap malam, kian kentara saja bahwa perang itu amat menyulitkanâbahkan memalukanâbuat serdadu Amerika Serikat dan tentara koalisi. Tak satu pun kota besar dapat mereka rebut dengan mudah. Tidak di Basra, Nasiriyah, Najaf, atau Karbala. Sampai laporan ini ditulis, 47 tentara koalisi tewas, sementara belasan lainnya hilang, tertawan, dan luka-luka (lihat Bantah-berbantah Klaim). Bahkan, pekan lalu, bom bunuh diri mulai meledak di Al-Kifl, Irak Selatan. Empat serdadu AS tewas. "Jumlah martir ini akan terus bertambah," ujar Wakil Presiden Irak Taha Yasin Ramadan, seperti yang dilaporkan MSNBC News.
Rencana serangan dari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…