Juwono Sudarsono: Satu Prajurit Baik Senilai Seribu Orang Pintar

Edisi: 05/34 / Tanggal : 2005-04-03 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : Patria, Nezar , Zulkifli, Arif ,


DISERGAP angin enam derajat Celsius, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menjalankan tugas berat. Pada 12-19 Maret lalu dia melawat ke Washington DC, AS, untuk satu misi: mencairkan hubungan militer Indonesia dan AS yang sempat lama membeku.

Sejak 1992 Amerika Serikat menghentikan program Internasional Military Education and Training (IMET) bagi Indonesia. TNI dinilai terlalu brutal dalam insiden Santa Cruz di Dili, 12 November 1991, yang mengakibatkan tewasnya 56 warga Timor Timur. Citra itu ternyata terus lengket meski Indonesia sudah berubah, rezim Soeharto lengser dan reformasi menggusur peran politik tentara. "Kita sedang masuk ke perang citra," ujarnya.

Bagi Juwono, 63 tahun, mengubah citra TNI adalah cita-citanya. Sebagai bekas Wakil Gubernur Lemhannas, dia merasa tak adil memojokkan TNI sementara tak ada upaya meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan prajurit. Menurut dia, dengan angkatan bersenjata yang serba minim itu, masih untung Indonesia masih bisa bersatu sampai sekarang.

Dua kali Juwono menjadi Menteri Pertahanan. Sekali pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, sekali lagi sekarang ini. Mungkin karena pergaulan yang luas dengan kalangan militer, Juwono dikenal sebagai sipil yang punya empati tinggi terhadap militer. Saat reformasi Mei 1998 ia mengatakan Indonesia masih butuh kepemimpinan militer—pandangan yang menuai cercaan demonstran. Kini, di tengah partai politik dan politisi sipil yang masih bertikai satu sama lain, ia pun berkeyakinan kepemimpinan militer masih dibutuhkan. "Buktinya, pemilu lalu rakyat memilih presiden dari militer," katanya.

Wartawan Tempo Nezar Patria, Arif Zulkifli, dan fotografer Bernard Chaniago menemui Juwono pada Kamis pekan lalu di Departemen Pertahanan. Mengenakan jas warna cokelat, bekas Dekan FISIP UI itu masih tampan—seperti ketika ia jadi dosen dan menjadi idola para mahasiswi. Bedanya ia kini tampak lebih letih. Beberapa tahun lalu ia pernah terserang stroke. Berikut petikan wawancara dengannya selama dua jam.

Persisnya apa yang Anda lakukan di AS?

Saya menjelaskan kedudukan TNI dalam proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Saya katakan, TNI ini, khususnya Angkatan Darat, berperan sangat penting, meskipun secara resmi dia tak boleh lagi terlibat politik. Kerangka umum kehidupan politik di Indonesia ini masih lemah, terutama di partai politik, masyarakat sipil, LSM dan pers.

Bagaimana tanggapan mereka?

Mereka memahami bahwa kehadiran TNI di belakang layar itu masih perlu, karena TNI satu-satunya lembaga yang bisa hadir secara nasional.

Ada isyarat ke arah pencabutan embargo senjata?

Sekarang tahap pertama IMET dulu, karena itu hanya masalah pendidikan dan pelatihan. Saya katakan perwira TNI yang dikirim ke sana tidak perlu mencapai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…