Kulo Nuwun, Butterfly Boxing...
Edisi: 07/33 / Tanggal : 2004-04-18 / Halaman : 98 / Rubrik : MS / Penulis : Suyono, Seno Joko , ,
ENTAH apakah nanti di bar-bar dan kafé-kafé di Wina, "ibu kota musik klasik" itu, Djaduk juga bisa nyerocos soal Pasar Kembang (daerah "lampu merah" Yogya). Yang jelas, di Gedung Kesenian Jakarta minggu lalu, kepada penonton ia mengobral banyolan bengal. Ada pelesetan ala Yogya, ada musik. Itulah konser pamitan Kua-Etnika sebelum berkeliling Eropa: Wina, Amsterdam, Praha, Krakow, dan Budapest.
Humor sableng (kadang setengah norak) selalu menjadi porsi besar pertunjukan Kua-Etnika. Trade mark musik mbeling itu telah disandang Djaduk ketika pada tahun 1980-an ia jadi juara pertama lomba musik humor di Taman Ismail Marzuki (Iwan Fals saat itu juara harapan). Djaduk, dalam perjalanan kariernya, lalu terlihat berusaha membawa musik etnis ke wilayah populer. Percaya diri, ia memasuki dunia…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…