Burung Kondor Di Langit Bagdad

Edisi: 07/32 / Tanggal : 2003-04-20 / Halaman : 128 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Chamin, Mardiyah, Fibri, Rommy,


UMMI Kultsum, diva legendaris yang pernah menggetarkan dunia musik Arab, sekali waktu menyanyikan syair ini: "Tadinya dia sebuah bangunan yang kukuh tegak menjulang di alam pikiran, kini segalanya runtuh sudah." Syair pahit yang dilagukan Ummi itu berkumandang tak lama sesudah Mesir ditaklukkan Israel dalam Perang Enam Hari pada 1967.

Rabu petang pekan silam, di tengah barisan tank pasukan koalisi yang lalu-lalang perlahan di tengah Bagdad—mirip angkutan kota yang sepi penumpang—suara Ummi Kultsum seolah menyeruak dari masa silam dan sekali lagi memboyakkan harga diri bangsa Arab. Hari itu, 9 April 2003—setelah 21 hari Amerika menginvasi tanah Irak—satu batalion pasukan Amerika Serikat dari Divisi Marinir I berderap menuju jantung ibu kota. Diiringi tempik-sorak sebagian warga kota, mereka menumbangkan patung raksasa Saddam Hussein.

Sebelum patung rontok, seorang serdadu AS membalutkan bendera Amerika di wajah penguasa Irak itu, yang kini cuma jadi onggokan logam perunggu yang bocel. Aksi koboi itu cuma beberapa detik, tapi seperti menorehkan luka baru di atas sebuah negeri yang sudah luluh-lantak. Nariman, seorang warga Bagdad, berkata, "Menyaksikan semua ini, sebagai orang Arab dan Irak, saya merasa negeri kami sudah dikuasai penjajah."

Namun tayangan yang mendominasi layar televisi bukanlah kepahitan ala suara Nariman. Seperti yang disaksikan wartawan TEMPO Rommy Fibri, sebagian penduduk Irak riang gembira merayakan kejatuhan patung Saddam. "Sudah 24 tahun Saddam membuat hidup kami dalam teror," kata Adnan Amin, bekas pilot Iraqi Airways, yang ikut berjingkrak mengarak bangkai patung Saddam keliling kota.

Kegirangan sebagian rakyat Irak langsung disambar oleh pihak koalisi. Ekspresi gembira tersebut memang telah ditunggu Amerika sejak perang bermula—karena bisa menjadi pembenaran alasan invasi tersebut, yakni membebaskan rakyat Irak dari diktator yang kejam. Tempik-sorak penduduk kota yang menyambut pasukan koalisi juga menjadi momentum emas untuk menghapus citra buruk tentara AS setelah mereka mengebom kantor televisi Al-Jazeera dan Hotel Palestine yang menewaskan tiga wartawan (lihat Kesaksian dari Hotel Palestine).

Dari Pentagon, Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld dengan wajah berseri mengumumkan suksesnya penaklukan Bagdad kepada wartawan. Rumsfeld mengakui, dia tidak tahu persis apakah Saddam masih bernapas atau sudah mati dihajar bom dan peluru kendali. Yang penting bagi Rumsfeld, "Saddam Hussein telah mengambil tempat yang tepat di barisan Hitler, Stalin, Lenin, Ceausescu, serta para diktator brutal lainnya." Rumsfeld menekankan, kini publik dunia menjadi tahu bahwa aksi koalisi bukanlah untuk pendudukan (occupation), melainkan untuk pembebasan (liberation) rakyat Irak.

Jadi, bereskah sudah semua urusan? Belum!

Rakyat Irak justru baru mulai dililit teror "babak baru". Setelah patung Saddam rontok, Bagdad, Kirkuk, dan Mosul—serta kota lain di seantero Irak—kisruh. Penjarahan meledak di semua sudut kota.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…