Catatan Dari Bagdad: Setelah Bagdad Jatuh
Edisi: 07/32 / Tanggal : 2003-04-20 / Halaman : 148 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Fibri, Rommy, ,
WARTAWAN TEMPO Rommy Fibri menjadi saksi banyak hal di Bagdad menjelang kejatuhannya, termasuk saat rudal AS menghantam Hotel Palestine dan saat semua poster dan patung Saddam Hussein dihancurkan. Berikut catatannya.
MINGGU, 6 APRIL 2003
Sejak Jumat, 4 April, pasukan Amerika memang sudah mendaratkan tentaranya dalam jumlah besar di Bandara Internasional Saddam. Tapi ledakan bom dan meriam masih saja terdengar dari arah selatan pusat Kota Bagdad. Beberapa kali, raungan pesawat tempur dan helikopter menderu sampai memekakkan telinga. Tak berapa lama kemudian, ledakan pun terdengar bertalu-talu.
Pukul 10.30 waktu setempat, saya pergi ke kawasan Daura, sekitar lima kilometer selatan Bagdad. Saya melihat sisa-sisa pertempuran besar itu. Satu tank Amerika, yang moncong meriamnya tertulis Cojone, remuk-redam. Namun puluhan artileri (meriam) Irak dan sejumlah mobil serta truk hangus terbakar.
Tak jauh dari onggokan besi yang hangus itu, terlihat tiga kompi mujahidin lengkap dengan senjatanya berlari mengatur barisan. Mereka seperti bersiap menghadang pasukan AS yang memang terdengar dari kejauhan akan melewati tempat tersebut. Daerah ini adalah jalan tol yang menghubungkan Ali Ushfiah (sekitar 10 kilometer dari Bagdad) menuju ke Bandara Saddam.
Anehnya, meski perang berkecamuk, penduduk tetap saja bepergian dengan taksi, mobil, atau bahkan bus kota. Mereka seolah tak peduli pada apa yang terjadi di sekitarnya. Dan begitu terdengar ledakan tak jauh dari lokasi kegiatannya, barulah mereka gerabak-gerubuk berlarian mencari perlindungan.
Setelah dihalangi beberapa ledakan di jalan, saya dan sopir taksi yang mengantar saya meluncur ke Rumah Sakit Al-Kindi, lima kilometer sebelah timur Bagdad. Menurut Dr. Asma Saleh, Wakil Manajer RS Al-Kindi, hingga saat itu pihak rumah sakit sudah menerima sekitar 130 pasien. âKebanyakan kena bom,â katanya. Bahkan hampir 24 jam tanpa henti, dokter di rumah sakit ini terus mengoperasi pasien. âSayang, sampai hari ini sudah 11 pasien yang meninggal dunia karena komplikasi,â ujarnya.
Di salah satu lorong rumah sakit, tiba-tiba seorang ibu menghampiri saya dan mendamprat, âUntuk apa para wartawan menulis berita tentang kami kalau bom tetap saja menimpa kami?â Saya cuma terdiam. Setelah sang ibu puas berbicara, saya pamitan. Saya sendiri mempunyai pertanyaan yang sama. Dan belum juga terjawab.
SENIN, 7 APRIL 2003
Saya terbangun ketika pagi baru mengintip. Masih subuh, sementara pertempuran sudah mencapai di sisi Sungai Tigris. Pasukan Amerika di sisi barat sungai, dan tentara Irak di sebelah timur. Kebetulan, Hotel Sheraton, tempatku menginap, terletak sekitar 200 meter sebelah timur Tigris. Tak urung, saya segera berkemas dan turun ke lobi untuk mencari tempat yang lebih aman. Maklum, posisi jendela kamarku persis menghadap Sungai…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…