Senapan Pemicu Ketegangan

Edisi: 08/32 / Tanggal : 2003-04-27 / Halaman : 80 / Rubrik : SEL / Penulis : Kalim, Nurdin , Hidayat, Agus,

SUATU malam, awal November 2002. Dengan kecepatan tinggi, kapal patroli Lajang melaju membelah perairan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Kapal berkekuatan 40 PK itu menuju Loh Wia, salah satu tempat di kawasan Pulau Komodo. Ada yang diburunya. Berdasarkan laporan petugas jagawana, ada empat boat alias perahu motor yang mencurigakan. Diduga, keempat perahu itu hendak mengambil rusa hasil buruan di Pulau Komodo.

Sesampai di Loh Wia, para petugas yang berada di kapal patroli langsung mengintai. Merasa diawasi, kawanan itu buru-buru kabur. Petugas patroli segera melepaskan enam kali tembakan peringatan. Tidak dihiraukan. Malah keempat boat itu balik menyerang petugas patroli. Kejar-kejaran berlangsung cukup lama. Setelah mendapat dukungan dari tim patroli kapal Salmon, barulah para petugas lebih tegas bertindak. Mereka menghujani sebuah perahu motor dengan peluru. Ujungnya? Dua orang tertembak mati dan 14 orang lainnya menyerahkan diri. Sementara itu, tiga boat lainnya berhasil lolos, menghilang dalam kegelapan malam.

Malang betul orang-orang dalam perahu motor itu. Soalnya, menurut penelitian Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), mereka bukan pemburu rusa, melainkan nelayan biasa. Lembaga ini juga menyatakan, insiden itu terjadi tanpa didahului tembakan peringatan. Tapi pihak Balai Taman Nasional Komodo bersikukuh pada versinya sendiri. Menurut salah seorang di antara mereka, dirinya cuma berusaha mencegah perusakan lingkungan di sekitar taman nasional dari ulah pemburu rusa.

Selama ini para petugas Taman Nasional Komodo memang selalu awas mengintai orang yang hendak berburu rusa. Mereka umumnya juga datang ke Pulau Komodo dengan…

Keywords: -

---

Foto Terkait